Belakangan ini kesibukan di kantor memang rada-rada mengganggu aktifitasku menulis. Sebeeelllll!!.....tapi mau gimana lagi, selama masih jadi buruh harus nurut sama majikan, klo nggak ntar nggak digaji, hiks...melas bener!
Kantor hari ini sepiii....lantai 8 yang 90% isinya orang-orang Finance & Accounting lagi pada stock opname di pabrik. Melompong bin dingin deh ni kantor sampai hari Rabu besok. Gak ada Novyta yang biasanya jadi partner berbagi teriakan sebal maupun suka cita, mingkem dan bisu semua...makin dingin menggigit!
Jam segini sebetulnya aku sudah bisa pulang, gara-gara Panen Tour lelet nggak kirim-kirim quotation terpaksalah aku nglembur nungguin kerjaan orang lelet. Bisa aja sih cuek pulang tapi ntar Babe berubah jadi bimoli gimandang? (Bimoli: bibir monyong lima senti). Secara ni Babe demen banget ngambeg dan uuurrgghhh....klo udah bimoli nya keluar semua pada ngabuuurrr kagak berani deket-deket.
Udah nelponin Panen beberapa kali tetep ajah lelet malah berusaha mengalihkan pembicaraan. Wedeewww....blum pernah kesamber mulut geledek kali yaaa....no need sok manis, kerja tuh yang bener!
Aahhh...jadi nggak pulang cepet, ntar sampai rumah makin males lah diriku untuk mulai baking. Hiks...bahan udah dibeli tapi tampaknya kok badan letoy sekali...gak bersemangat tinggi untuk baking, ntar mengapa. Aku coba deh ngadon pelan-pelan malem ini. Mungkin yang bikin males juga karena asisten di rumah aduhay duduls nya, jadi rempong suratman bener. Ya kegiatan baking sekarang bukan lagi jadi suatu prioritas kesenangan seperti dulu. Pengalihan strees ku kenapa sekarang jadi berubah ke tidur dan nyalon ya? hihihihi...tidurnya siy nggak papa, tapi nyalonnya itu bookkk bikin boros! Even aku merasa aku belum boros-boros amat soal nyalon. Klo nyalon harus mikir bener-bener waktu dan ijin dari Ruth terutama. Klo Jonathan mah cuek-cuek tapi Ruth suka cembetut tiap kali aku ijin kabur sendiri ke salon. Baru kemarin aja dia komen klo better aku balik ke Natasha aja, kan ada Oom Adon kata dia. Wedewwwww....kesambit apaan ya? hihihihi...makasih ya cantik, akan Mama pertimbangkan! Beneran anak-anakku ini lebih cerewet timbang Bapaknya. Aku gemukan sedikit udah ribut, jerawatan pun juga ribut, wedewwww.....
Ni sekarang udah mulai kurusan karena diet selama sebulan nggak makan gorengan dan lebih banyak konsumsi sayuran, protein, buah. Klo pun karbohidrat aku pilih karbo kompleks. Hasilnya lumayan but not good enough for the kids *gubraakksss*.
Akhirnya Panen Tour sudah kasih jawaban. Okay...get back to work, finish this fast then go home!
Monday, December 19, 2011
Thursday, December 1, 2011
Reuni bersama rekan-rekan DHL di resepsi pernikahan Bemby & Dhira
Hari Minggu, 27 Novemberyang lalu, aku menghadiri resepsi pernikahan Bambang (aka Bemby) dan Dhira. Mereka berdua adalah rekan sekerjaku waktu aku masih bekerja di DHL. Bemby lebih dahulu resign, sedangkan Dhira sampai dengan hari ini masih bekerja di DHL sebagai CS Agent.
*) Kika: Ruth, Dewi, Lia Helena, Eci (Jo ngumpet di belakang)
Bersama Ruth dan Jo, aku datang menghadiri resepsi pernikahan mereka yang dilaksanakan di Menara Hijau, Jl. MT. Haryono. Kami berangkat lebih awal dari rumah karena mau mampir ke Cibubur Plaza untuk membeli baterai jam tangan dan ikat pinggang baru untuk Jonathan. Sampai di Menara Hijau sekitar pukul 18:40PM, masih sepi...tapi sudah ada Lia Helena dan putri cantiknya, Eci. Waahhh duo kembar cantik-cantik. Ruth dan Jonathan yang sudah mengenal Lia langsung teriak kegirangan, "Mama, ada tante Lia!" Senang sekali rasanya ketemu denga Lia lagi. Dulu kami sama-sama Executive Secretary di Corporate Office DHL. Lia lebih dulu resign, dia resign dari DHL di awal tahun 2011. Eci terlihat makin dewasa dan cantik, juga jangkung. Waahh bener-bener calon model handal!
*) Kika: Kak Tetty, Mbak Rosi, Putri, Lia Helana, Dewi, Dian Vivatri
Semakin malam teman-teman ex DHL maupun DHL semakin banyak yang berdatangan. Tak terlukiskan bahagianya aku bertemu teman-teman DHL lagi. Ya, 9 tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk melupakan semua kenangan manis dan pahit di DHL. Tapi yang pasti selama 9 tahun itu aku banyak di bentuk dan lebih banyak kenangan manis yang bisa aku ingat dari DHL Express Indonesia. Persaudaraan dan pertemanan yang erat di DHL membuatku lama betah disana. Namun kehidupan terus berjalan dan ada saatnya kita pun harus pergi untuk melanjutkan kehidupan ini.
*) Kika: Dewi, Putri, Andhalia
Berbagi cerita dengan teman-teman DHL sungguh seru, mereka masih tetap dan tak berubah dalam hal pertemanan. Sungguh sangat menggembirakan. Aaahh kapan ya bisa ketemu sama kalian semua lagi???
Friday, November 25, 2011
Pengalaman Pertama Menyetir Dalam Badai
Hari Rabu, 23 November 2011 yang lalu, Adon, sopir yang bekerja pada kami ijin cuti karena adiknya menikah. Saat Adon mengajukan cuti, aku nyegir senang...uhuyyy ini dia kesempatan untukku nyetir sendiri ke kantor. Sudah lama aku bisa nyetir, sekitar 2 tahunan, tapi tidak terasah dengan baik karena tidak pernah pergi jauh-jauh hanya disekitaran Cibubur saja. Aku sampaikan niatku ke Jeff dan Jeff mengiyakan sambil berpesan supaya aku berhati-hati dan lebih banyak mengalah kepada para pengendara mobil yang suka nyerobot dan nggak sabaran. Baiklaahhh....
Aku sengaja berangkat lebih pagi, janjian sama Rita, temen kantor DVL yang tinggal di Cileungsi dan hampir tiap hari nebeng berangkat dan pulang kantor sekitar jam 5:45 di depan Legenda Wisata. Hari itu Rita agak telat akhirnya kami baru berangkat pukul 6 pagi dari Legenda. Aku bilang ke Rita, maklum ya Rit bakal lebih pelan jalannya daripada Adon, hahahahaha...Rita ketawa dan bilang klo aku pasti bisa. Perjalanan pagi menuju ke kantor berjalan dengan mulus, aku senang sekali akhirnya bisa melaju di toll jagorawi dan jorr, aahhh...sesuatu banget deh hihihihi...kami sampai di Talavera sekitar pukul 7:10 pagi. Untuk pertama kali nyetir sendiri, not bad! Parkiran masih kosong dan memang tujuanku berangkat pagi salah satunya adalah masalah parkir. Klo parkiran penuh, aku grogi mau parkir. Klo masih kosong gitu senang sekali, bisa milih posisi paling enak untuk parkir tanpa grogi huehehehehe...
Pulang kantor sorenya, baru sekitar jam 17:10 aku bisa turun dari lantai 8. Keluar dari parkiran mendung gelap bergelayut. Dan begitu kami keluar dari kantor sekitar 50 meter, belum sampai lampu merah Ampera, hujan deras turun. Saat masuk toll jorr 2, hujan semakin deras, langit tampak putih keabu-abuan, kilat menyambar-nyambar dan guntur yang menggelegar memekakkan telinga. Segera aku matikan radio dan lebih berkonsentrasi pada kondisi jalan yang sangat tersendat. Semua kendaraan melaju dengan sangat pelan sekitar 20 - 40km/jam. Jarak pandangku sangat terbatas, lampu segera aku nyalakan, wiper aku set untuk lebih cepat bekerja. Aku yang tadinya masih ngobrol dengan Rita, mendadak terdia. Rita pun juga tampak pucat dengan kilat petir yang terus menyambar dan bahkan beberapa kali berada tepat di depan mobil kami.
Kasian Rita, tampak sungguh pucat dan ketakutan, berkali-kali dia menyebut nama Tuhan dan tertunduk karena takut melihat kilat dan petir yang menyambar-nyambar di depan kami. Badai yang luar biasa ini terus berjalan tanpa henti sampai kami masuk toll jagorawi, bahkan sempat sebentar lebih dasyat sampai aku harus memajukan tubuhku untuk mencoba melihat yang terjadi di luar kaca karena semua tampak kabur. Mata silinderku kupacu untuk bekerja lebih keras demi keselamatan semuanya terutama aku dan Rita yang berada di dalam mobil. Aku lirik persediaan bensin, tinggal 2 garis. Sempat berpikir untuk beristirahat di Rest Area sambil beli bensin dan menanti badai sedikit reda, tapi akhirnya niat itu ku urungkan karena suami Rita sepertinya sudah gelisah menanti Rita sampai di rumah.
Mobil terus kupacu sampai masuk Cibubur kondisi masih deras namun sedikit membaik. Karena sudah sampai Cibubur, aku putuskan untuk lebih baik mengisi bensin dulu di Petronas. Saat kami mengisi bensin di Petronas kami masih melihat bagaimana kilat dan petir terus menyambar dengan sangat dasyat. Aku bilang ke Rita lebih baik aku antar dia sampai rumah saja. Nggak mungkin aku tega menurunkan Rita di pinggir jalan kemudian dia dijemput suaminya naik motor. Duuuhh kondisi hamil dimana dia fisiknya cukup lemah nanti kehujananan, kedinginan, malah berabe semua. Akhirnya Rita pun setuju dan aku langsung melaju menuju Cileungsi.
Pulang dari mengantar Rita aku langsung melajukan mobil ke rumah. Sampai rumah hujan mulai mereda dan aku sangat bahagia dan bangga pada diriku sendiri bahwa pada hari itu aku berhasil mengendarai mobil dengan sangat baik pada saat cuaca buruk. Aaahh...PD ku jadi nambah-nambah! Aku segera memberi kabar ke Jeff mengenai pengalaman hari itu dan Jeff memberikan selamat. Anak-anakpun senang saat aku bercerita soal pengalaman pertama mamanya menyetir dalam badai, hihihihi....
Puji Tuhan, semua keberhasilanku saat itu tetap karena tuntunan dan penyertaan Tuhan Yesus semata. Terima kasih Tuhan Yesus! :-)
Aku sengaja berangkat lebih pagi, janjian sama Rita, temen kantor DVL yang tinggal di Cileungsi dan hampir tiap hari nebeng berangkat dan pulang kantor sekitar jam 5:45 di depan Legenda Wisata. Hari itu Rita agak telat akhirnya kami baru berangkat pukul 6 pagi dari Legenda. Aku bilang ke Rita, maklum ya Rit bakal lebih pelan jalannya daripada Adon, hahahahaha...Rita ketawa dan bilang klo aku pasti bisa. Perjalanan pagi menuju ke kantor berjalan dengan mulus, aku senang sekali akhirnya bisa melaju di toll jagorawi dan jorr, aahhh...sesuatu banget deh hihihihi...kami sampai di Talavera sekitar pukul 7:10 pagi. Untuk pertama kali nyetir sendiri, not bad! Parkiran masih kosong dan memang tujuanku berangkat pagi salah satunya adalah masalah parkir. Klo parkiran penuh, aku grogi mau parkir. Klo masih kosong gitu senang sekali, bisa milih posisi paling enak untuk parkir tanpa grogi huehehehehe...
Pulang kantor sorenya, baru sekitar jam 17:10 aku bisa turun dari lantai 8. Keluar dari parkiran mendung gelap bergelayut. Dan begitu kami keluar dari kantor sekitar 50 meter, belum sampai lampu merah Ampera, hujan deras turun. Saat masuk toll jorr 2, hujan semakin deras, langit tampak putih keabu-abuan, kilat menyambar-nyambar dan guntur yang menggelegar memekakkan telinga. Segera aku matikan radio dan lebih berkonsentrasi pada kondisi jalan yang sangat tersendat. Semua kendaraan melaju dengan sangat pelan sekitar 20 - 40km/jam. Jarak pandangku sangat terbatas, lampu segera aku nyalakan, wiper aku set untuk lebih cepat bekerja. Aku yang tadinya masih ngobrol dengan Rita, mendadak terdia. Rita pun juga tampak pucat dengan kilat petir yang terus menyambar dan bahkan beberapa kali berada tepat di depan mobil kami.
Kasian Rita, tampak sungguh pucat dan ketakutan, berkali-kali dia menyebut nama Tuhan dan tertunduk karena takut melihat kilat dan petir yang menyambar-nyambar di depan kami. Badai yang luar biasa ini terus berjalan tanpa henti sampai kami masuk toll jagorawi, bahkan sempat sebentar lebih dasyat sampai aku harus memajukan tubuhku untuk mencoba melihat yang terjadi di luar kaca karena semua tampak kabur. Mata silinderku kupacu untuk bekerja lebih keras demi keselamatan semuanya terutama aku dan Rita yang berada di dalam mobil. Aku lirik persediaan bensin, tinggal 2 garis. Sempat berpikir untuk beristirahat di Rest Area sambil beli bensin dan menanti badai sedikit reda, tapi akhirnya niat itu ku urungkan karena suami Rita sepertinya sudah gelisah menanti Rita sampai di rumah.
Mobil terus kupacu sampai masuk Cibubur kondisi masih deras namun sedikit membaik. Karena sudah sampai Cibubur, aku putuskan untuk lebih baik mengisi bensin dulu di Petronas. Saat kami mengisi bensin di Petronas kami masih melihat bagaimana kilat dan petir terus menyambar dengan sangat dasyat. Aku bilang ke Rita lebih baik aku antar dia sampai rumah saja. Nggak mungkin aku tega menurunkan Rita di pinggir jalan kemudian dia dijemput suaminya naik motor. Duuuhh kondisi hamil dimana dia fisiknya cukup lemah nanti kehujananan, kedinginan, malah berabe semua. Akhirnya Rita pun setuju dan aku langsung melaju menuju Cileungsi.
Pulang dari mengantar Rita aku langsung melajukan mobil ke rumah. Sampai rumah hujan mulai mereda dan aku sangat bahagia dan bangga pada diriku sendiri bahwa pada hari itu aku berhasil mengendarai mobil dengan sangat baik pada saat cuaca buruk. Aaahh...PD ku jadi nambah-nambah! Aku segera memberi kabar ke Jeff mengenai pengalaman hari itu dan Jeff memberikan selamat. Anak-anakpun senang saat aku bercerita soal pengalaman pertama mamanya menyetir dalam badai, hihihihi....
Puji Tuhan, semua keberhasilanku saat itu tetap karena tuntunan dan penyertaan Tuhan Yesus semata. Terima kasih Tuhan Yesus! :-)
Tuesday, November 22, 2011
Skin Care Maintenance
Usia diatas 30 tahun memang masalah kulit meminta perhatian lebih. Dari kecil aku menyadari kalau kulit dan rambutku cenderung kering. Sejak SD aku senang memakai body lotion, mama pun sampai komen aku boros sekali kalau pakai body lotion. Itu semua karena aku merasa kulitku kering dan nggak bisa kencang mulus. Aku lihat kulit sepupuku, Merry, waktu dia liburan ke Salatiga. Dari Merry lah awalnya aku ngeh klo kulitku kering. Merry yang lahir dan besar di Jakarta dengan tingkat kelembapan lebih tinggi komen dengan kulitku yang busik. Ya aku besar di Salatiga, kondisi Salatiga dingin dan kondisi udara lebih kering. Dari situlah aku mulai sebal dengan kulit keringku dan mencoba banyak cara untuk selalu lembab. Makanya aku boros sama body lotion.
Saat aku mendapatkan menstruasi yang pertama di usia 11 tahun, kelas 6 SD, Mama mengajarkan kepadaku banyak hal mengenai kebersihan wanita salah satunya adalah kebersihan kulit. Mamaku jarang jerawatan dan kulitnya mulus. Itu semua bukan karena pemakaian produk perawatan mahal, karena mamaku cuman PNS, dapet uang dari mana? Tapi semua berawal dari rajinnya mama membersihkan wajahnya sehari 2 - 3x dengan susu pembersih dan face tonic merk Viva, masih inget banget. Aku kemudian ikutan mama rajin membersihkan wajah dengan produk perawatan Viva. Sampai SMA aku bebas dari serbuan jerawat, wajahku bersih kinclong karena rajin membersihkan wajah dengan milk cleanser dan face tonic Viva, aku jarang menyabun wajahku karena pemakaian sabun wajah justru membuat kulit wajahku semakin kering. Aku beli sih, sabun bayi yang translucent, tapi makenya jarang-jarang karena setelahnya kulit wajahku terasa kencang dan gatal. Aku mulai rajin juga pake pelembab wajah, kali ini pake produk Sari Ayu + bedaknya Marcs atau Belia dari Martha Tilaar. Untuk merawat kulit tubuh aku rajin mangiran dan luluran sendiri juga pemakain body lotion secara teratur.
Semakin berumur, tinggal di Jakarta yang tingkat polusinya tinggi, bekerja di ruang AC lebih dari 8 jam per hari, membuat kondisi kulit wajah dan tubuhku sudah nggak mempan lagi dengan produk-produk yang sebelumnya biasa aku pakai. Aku menemukan bahwa makin berumur kulitku cenderung makin kering. Kalau pake lulur or mangir tradisional yang kering, kulitku bukannya bagus tapi malah lebih kering. Jadi sering sebelum dioles mangir or lulur aku harus mengolesinya dengan minyak zaitun dulu. Kulit wajahku pun demikian, suka tampak kering dan kusam. Aku jarang pergi facial ke salon. Aku lebih suka pake cara membersihkan wajah sendiri dengan produk yang aku beli dan aku bukan tipe yang suka gonta ganti produk. Aku selalu memilih produk yang affordable oleh kantong dan gampang nyarinya klo habis. Makanya aku nggak pernah kenalan sama produk mahal.
Sampai akhirnya aku sering mengeluh kulitku kusam, nggak berseri...rasanya kok suram banget. Akhirnya saran dari keluarga dan sahabat, aku mulai mencoba mendatangi Natasha Skin Care. Aku pilih Natasha karena menurut beberapa teman, affordable. Betapa shocked nya diriku, kunjungan pertamaku ke Natasha, aku di charge Rp 1,9 juta. Rasanya mo marah sama diri sendiri tapi sudah terlanjur ya sudah saya jalani beberapa perawatan yang mereka sarankan seperti facial, penyinaran dengan ultra red dan juga jet peeling. Aku berkata dalam hati, you'd better be wonderful as I have paid a lot! Kunjungan ke 2 masih saja mahal karena sekitar Rp 900ribu. Kali ini gak pake disinar, cuman facial dan jet peeling, dan pembelian beberapa produk. Ih tapi tetep sebel!
Baru pada kunjungan ke-3 agak bersahabat tapi tetep aja 600rebong. Facial biasa + beli beberapa produk yang sudah habis. Cuman memang bener siy...even suami pun memuji kulit wajahku bagus, terlihat bersih dan sehat, jadi tampak awet muda huhuhuhuuuuu.....
Karena mahal dan juga prosesnya yang cukup lama, aku jadi malas melanjutkan perawatan wajahku di Natasha. Aku banting stir ke produk Oriflame dengan Royal Velvetnya untuk perawatan 35+. Dan ternyata aku cocok! Wah senangnya, beberapa kali aku tanya ke teman-temanku, apakah kulit wajahku sudah terlihat kusam? Mereka bilang baik-baik saja, tetep mulus dan memang aku juga merasakan seperti itu. Cuman sayangnya belakangan Royal Velvet sudah tidak diproduksi lagi oleh Oriflame. Mereka berinovasi dengan 3D Collagen yang katanya lebih bagus. Ya sudah aku ikutin, cuman oh sayang disayang...ternyata 3D Collagen di tolak mentah-mentah oleh kulitku! Kulitku jadi berjerawat dan jerawat batu 3 biji nongol secara menyakitkan! Aku yang terbiasa punya wajah mulus tanpa jerawat jadi emosi jiwa sendiri. Haruskah ku balik lagi ke Natasha untuk membereskan semuanya? Huhuhuhu...kebayang mahalnya kok mualesss...
Tapi ngliat si jerawat batu juga sebel apalagi yang paling gede di pipi sebelah kanan! Piye tho iki???
Sampai detik ini belum memutuskan. Kata hati ingin ngabur ke Natasha cuman gak enak masih anak baru di kantor ini. Klo pun pulang untuk perawatan, nggak bisa di Natasha Cibubur harus ngabur ke Depok. Oh lalala.....macetnya itu lho...mbuh wis, kali ini cuman bisa ngelus-elus si jerawat batu dulu! *sebel.com*
Monday, November 21, 2011
Short Getaway With Sindhi
Saat aku resign dari DHL per tanggal 11 October 2011, aku punya waktu 5 hari sebelum memulai hari-hari baruku di DVL. Hari-hari lowong yang aku miliki dari Rabu - Jumat benar-benar aku pakai untuk "Me time." Mulai dari urusan SIM A, jalan-jalan sampai ketemuan temen lama. 3 hari itu aku happy banget! Rasanya plong...bebas, lepassss!!!
Paling keren adalah di hari Kamis saat aku diajak ngabur ke Puncak sama Sindhi. Rencana ketemuan dan jalan-jalan sama Sindhi sudah lama dipikirkan, namun aku nggak nyangka klo Sindhi akan mengajakku ke arah Puncak. Aku langsung mengiyakan, and all the fun begun!
Di dalam mobil sepanjang perjalanan kami ke Puncak, kami ngobrol puas yang isinya "girly talk" semua. Dari yang sopan baik-baik sampai ngakak lepas nggak tau diri! Wes semua unek-unek yang jumpalitan di kepala bisa keluar semua saat bersama Sindhi. Even though Sindhi is a moslem, she is a very cool moslem! Kami bisa ngomong crossed religions secara terbuka tanpa tersinggung sama sekali dan dengan dasar open minded and trust. Sungguh luar biasa!
First stop over ke Debrasco beli celana pendek. Karena Sindhi ngajakin kita main flying fox di Telaga Warna. Oke lah....mampir ke Debrasco, dan aku beli celana pendek warna merah! Gonjreng dunjreng deh..tapi aku suka warna merahnya, hihihihi...sekalian duduls aja ya biar puas saat ingin membebaskan semua asa yang ada, jiaahh...lebay!
Kami makan siang di Rindu Alam, Puncak Pass. Karena kami datang awal, kami bisa milih the best spot in the restaurant. Ditemani dinginnya udara sejuk pegunungan, aku dan Sindhi melanjutkan obrolan gila yang super seru. Hidangan makan siang kami sungguh sempurna!
Aku memilih sop jamur dan sayuran yang super segar, sedangkan Sindhi sebagai pecinta daging merah lebih memilih sop buntut.
Selesai makan siang kami menemukan wafer yang lain daripada yang lain. Aku beli rasa coklat 2 untuk Ruth dan Jonathan, dan 1 rasa cinnamon untuk diriku sendiri, eh enak juga ternyata!. Jadi kebayang-bayang pingin lagi, sayang cuman beli 1 doang rasa cinnamonnya.
Selesai makan siang di Rindu Alam, kami turun sedikit ke Telaga Warna. Berjalan kaki memasuki kawasan Telaga Warna yang hening, senyap dan view yang luar biasa membuatku jejingkrakan norak. Aku bebas jejeritan meluapkan semua rasa yang bergejolak di dada, tertawa ngakak dan berteriak lantang. Sindhi tertawa geli melihat tingkahku yang norak, tapi kami berdua merasa senang karena semua jadi plonggggg!!!
Sambil menunggu Sindhi sholat, aku duduk-duduk di pinggiran Telaga Warna menikmati kesunyian dan keindahan panorama di sekitar Telaga Warna yang tenang, sederhana dan bersahaja. Beberapa orang terlihat duduk juga menikmati keindahan dan ketenangan sekitar Telaga. Mata keatas melihat hamparan flying fox. No way!!!! Aku kurang percaya dengan sistem pengaman flying fox yang ada, klo aku nyemplung ke dalam Telaga gimana? Ya memang aku bisa berenang, tapi nggak lucu aja, males! Aku bilang ke Sindhi klo aku gak mau mainan flying fox. Dengan tertawa renyah Sindhi kemudian mengajakku ke hutan kecil di ujung Telaga. Disitulah kami mulai meluncurkan segala gejolak sebagai seorang model yang tak tersampaikan karena memang nggak bakat dan wajah jauh jenik, hahahaha....
Dengan gaya suka-suka dan serasa tak peduli dengan sekitar, kami memulai segala kegilaan kami berdua di depan kamera, sungguh sebuah kesintingan yang menggembirakan!
Puas bersinting ria, kami pulang kembali ke Jakarta. Tak henti-hentinya aku mengucapkan terima kasih kepada Sindhi atas ide gilanya main ke Puncak. Sungguh luar biasa pengalaman saat itu dan aku tak akan pernah melupakannya seumur hidupku! Semoga one day, aku bisa mengulang kembali masa-masa itu bersama Sindhi di tempat yang lain yang membuat kami berdua bisa lepas dan menjadi diri sendiri.
Paling keren adalah di hari Kamis saat aku diajak ngabur ke Puncak sama Sindhi. Rencana ketemuan dan jalan-jalan sama Sindhi sudah lama dipikirkan, namun aku nggak nyangka klo Sindhi akan mengajakku ke arah Puncak. Aku langsung mengiyakan, and all the fun begun!
Di dalam mobil sepanjang perjalanan kami ke Puncak, kami ngobrol puas yang isinya "girly talk" semua. Dari yang sopan baik-baik sampai ngakak lepas nggak tau diri! Wes semua unek-unek yang jumpalitan di kepala bisa keluar semua saat bersama Sindhi. Even though Sindhi is a moslem, she is a very cool moslem! Kami bisa ngomong crossed religions secara terbuka tanpa tersinggung sama sekali dan dengan dasar open minded and trust. Sungguh luar biasa!
First stop over ke Debrasco beli celana pendek. Karena Sindhi ngajakin kita main flying fox di Telaga Warna. Oke lah....mampir ke Debrasco, dan aku beli celana pendek warna merah! Gonjreng dunjreng deh..tapi aku suka warna merahnya, hihihihi...sekalian duduls aja ya biar puas saat ingin membebaskan semua asa yang ada, jiaahh...lebay!
Kami makan siang di Rindu Alam, Puncak Pass. Karena kami datang awal, kami bisa milih the best spot in the restaurant. Ditemani dinginnya udara sejuk pegunungan, aku dan Sindhi melanjutkan obrolan gila yang super seru. Hidangan makan siang kami sungguh sempurna!
Aku memilih sop jamur dan sayuran yang super segar, sedangkan Sindhi sebagai pecinta daging merah lebih memilih sop buntut.
Selesai makan siang kami menemukan wafer yang lain daripada yang lain. Aku beli rasa coklat 2 untuk Ruth dan Jonathan, dan 1 rasa cinnamon untuk diriku sendiri, eh enak juga ternyata!. Jadi kebayang-bayang pingin lagi, sayang cuman beli 1 doang rasa cinnamonnya.
Selesai makan siang di Rindu Alam, kami turun sedikit ke Telaga Warna. Berjalan kaki memasuki kawasan Telaga Warna yang hening, senyap dan view yang luar biasa membuatku jejingkrakan norak. Aku bebas jejeritan meluapkan semua rasa yang bergejolak di dada, tertawa ngakak dan berteriak lantang. Sindhi tertawa geli melihat tingkahku yang norak, tapi kami berdua merasa senang karena semua jadi plonggggg!!!
Sambil menunggu Sindhi sholat, aku duduk-duduk di pinggiran Telaga Warna menikmati kesunyian dan keindahan panorama di sekitar Telaga Warna yang tenang, sederhana dan bersahaja. Beberapa orang terlihat duduk juga menikmati keindahan dan ketenangan sekitar Telaga. Mata keatas melihat hamparan flying fox. No way!!!! Aku kurang percaya dengan sistem pengaman flying fox yang ada, klo aku nyemplung ke dalam Telaga gimana? Ya memang aku bisa berenang, tapi nggak lucu aja, males! Aku bilang ke Sindhi klo aku gak mau mainan flying fox. Dengan tertawa renyah Sindhi kemudian mengajakku ke hutan kecil di ujung Telaga. Disitulah kami mulai meluncurkan segala gejolak sebagai seorang model yang tak tersampaikan karena memang nggak bakat dan wajah jauh jenik, hahahaha....
Dengan gaya suka-suka dan serasa tak peduli dengan sekitar, kami memulai segala kegilaan kami berdua di depan kamera, sungguh sebuah kesintingan yang menggembirakan!
Puas bersinting ria, kami pulang kembali ke Jakarta. Tak henti-hentinya aku mengucapkan terima kasih kepada Sindhi atas ide gilanya main ke Puncak. Sungguh luar biasa pengalaman saat itu dan aku tak akan pernah melupakannya seumur hidupku! Semoga one day, aku bisa mengulang kembali masa-masa itu bersama Sindhi di tempat yang lain yang membuat kami berdua bisa lepas dan menjadi diri sendiri.
Akhir Pekan
Kehidupan akhir pekan ku saat ini sudah buanyak sekali mengalami perubahan. Dan perubahan itu cukup drastis. Saat-saat awal rasanya agak gimana gituh, tapi sekarang ini kami sekeluarga justru sangat menikmati akhir pekanyang kami miliki. Ya cara menikmati akhir pekan yang kami lakukan belakangan, terutama 6 bulan terakhir ini menurut kami adalah yang terbaik!
Dulu waktu aku kecil, aku nggak pernah merasakan begitu banyaknya perbedaan antara hari sekolah dan liburan akhir pekan. Sama aja, flaattt....mungkin karena aku tinggal di kota kecil, dan kehidupan di kota tersebut yang sederhana membuat ya memang kehidupan akhir pekan itu seperti itu saja. Akhir pekan lebih ke istirahat di rumah, bersih-bersih rumah, kerja bakti di lingkungan tempat tinggal, dll. Juarang sekali kami pergi-pergi apalagi ke luar kota. Duuhh...paling setaun sekali atau dua kali saja karena memang ongkos ke luar kota itu lumayan banyak untuk orang tuaku yang PNS, disamping itu kami tidak pernah punya mobil. Jadi kemana-mana harus naik angkutan umum. Jadilah kami lebih senang menghabiskan waktu di rumah saat akhir pekan, beres-beres, eksperimen masak memasak di dapur, atau tidurrr....hehehehe....Diapelin atau pacaran? ehm....unfortunately aku nggak punya pacara sampai lulus kuliah, jadi blum pernah mengalami pacaran or diapelin di akhir pekan, huehehehehe....
Setelah lulus kuliah dan merantau ke Jakarta, kehidupan akhir pekan itu sedikit bergeser. Saat tinggal bersama Budhe di Pondok Bambu, aku mengisi akhir pekanku dengan "nyalon" bersama kakak sepupu atau main ke rumah temen kuliah. Bekas temen kuliah ada yang mulai pendekatan dan ngapel or mengajak ke gereja bersama, hahahaha....ya seiring waktu mulai ada pergeseran dan perubahan pola hidup saat weekend. Kemudian dari rumah Budhe di Pondok Bambu, aku pindah ke Penggilingan, tinggal bersama teman gereja. Akhir pekanku semenjak itu langsung berubah drastis. Aku bisa menghabiskan akhir pekanku di gereja dengan segudang kegiatan pelayanan. Aku sangat menikmatinya. Sabtu pagi setelah beres-beres dengan setumpuk cucian pakaian, beberes rumah bersama Yaya, aku langsung melejit ke Gereja untuk persiapan pelayanan hari Minggu, sempat ikut les keyboard, latihan Vocal Group, dan sorenya lanjut nge mall bersama Yaya atau teman-teman gereja yang lain. Minggu paginya ke gereja dan terus berlanjut sampai sore karena kami ada kegiatan Persekutuan Pemuda.
Hal itu terus bergulir sampai dengan aku bertemu Jeffry, pacaran kemudian ngekos di Pejompongan. Kehidupan akhir pekanku kembali berubah karena sudah resmi jadi pacar Jeffry. Akhirnya aku ngerasain bagaimana rasanya diapelin di akhir pekan, huahahahahaha....Bersama Jeffry, aku masih terus melanjutkan pelayananku. Kalau dulu berangkat pelayanan naik angkutan umum sendiri, sekarang ada yang nemenin naik metromini, kopaja dan angkot. Pulang pelayanan dan ibadah di gereja mampir ke mall untuk sekedar makan atau liat-liat. Yaa...seperti ada yang kurang, aku tetaplah gadis yang besar di Karang Alit, yang nggak suka ngemall. Buatku tiap akhir pekan ngemall adalah wasting time! Sulit bagi kami berdua untuk bisa pacaran di akhir pekan dengan berkunjung ke tempat-tempat wisata yang tersebar di Jakarta dan sekitarnya. Kendalanya adalah kami tidak mempunya motor atau mobil. Pernah sesekali diajak teman untuk double date ke Puncak, ya itupun juaraaanggg...kecuali saat liburan bersama pulang ke Salatiga, baru kami bisa menikmati liburan dengan jalan-jalan ke sawah, gunung, naik motor pinjeman dari Tante Uling hihihihihi....
Menjelang rencana menikah, kehidupan akhir pekan sedikit berubah dengan cara hunting rumah, dan pernak pernik persiapan pernikahan. Isinya sibukkk aja tiap akhir pekan dengan segabruk rencana dan kegiatan. Dan setelah menikah, kehidupan akhir pekanku kembali ke masa mall to mall... Aku suka males setiap kali Jeffry bertanya, "Sabtu ini mau kemana?". Karena memang bener-bener I had no idea! Setelah menikahpun kami nggak punya kendaraan pribadi sendiri, even motor. Kemana-mana naik angkutan umum dan kalo jalan jauh-jauh sampai ke luar Jakarta naik angkutan umum hanya untuk satu weekend kadang males. Jadi lagi-lagi mall, atau ngurung di kamar kos aja seharian, nonton DVD trus malam baru kami keluar hanya sekedar mencari makan malam.
Dalam kondisi hamil, kehidupan akhir pekan perlahan berubah. Karena hampir di setiap akhir pekan, kami jalan-jalan nyari rumah kontrakan atau pergi ke dokter kandungan untuk periksa kondisi kandunganku. Dan setelah anak pertama lahir, tak lama kemudian Tuhan juga memberikan kami berkat-Nya dengan sebuah mobil Xenia. Aaaahhhh.....sungguh bersyukur akhirnya punya mobil. Dengan adanya mobil tersebut akhirnya kehidupan akhir pekan kami menjadi lebih berwarna.
Saat ini anak-anak sudah makin besar, dan kehidupan akhir pekan yang tadinya penuh dengan acara jalan-jalan dari satu mall ke mall lain, atau berenang, atau ke tempat wisata, perlahan berubah kembali. Kami berpikir bahwa anak-anak harus mempunyai kegiatan yang bermanfaat setiap akhir pekan. Nggak melulu isinya jalan-jalan tanpa tujuan. Akhirnya Ruth dan Jo mulai join dengan latihan ensamble di Gereja setiap hari Sabtu pagi dan belakangan berlanjut dengan les matematika di Enopi sampai jam 12 siang. Dengan kegiatan di hari Sabtu mulai pagi sampai tengah hari yang padat, akhirnya kami sekeluarga memutuskan untuk tidak mengisi tambahan akhir pekan kami dengan kegiatan keluar dari rumah lagi. Siang hari lebih banyak kami pergunakan untuk mengobrol, tidur siang dan menikmati film DVD bersama di rumah. Sesekali, pergi berenang itupun masih di dalam kompleks. Beberapa kali saat kami keluar sebentar ke Citragrand or Kota Wisata, kami lihat traffic di Jl. Transyogi Cibubur yang "luar biasa." Anak-anak bahkan lama kelamaan nurun ortunya, nggak suka berada di tengah-tengah kemacetan. Jadi tiap kali mau pergi kami mikir dulu, worth nggak ya ini? Toh cuman ke mall doang, beli sesuatu yang nggak penting-penting amat.
Akhirnya, sejak 6 bulan yang lalu kami mengemas akhir pekan kami dengan jauh lebih simple seperti ini; Hari Sabtu pagi, sarapan ketoprak/bubur ayam/nasi kuning, lanjut anter anak-anak latihan ensamble di gereja dan les matematika di Enopi, tengah hari pulang, makan siang di rumah lanjut dengan ngobrol bersama dan tidur siang. Sore kalau pengen berenang ya dekat-dekat saja di wilayah Cibubur atau malam kami keluar untuk makan malam di Kota Wisata, 2 kali sempat ngabur jam 10 malam ke Bogor, jalanan sepi....Minggu pagi ke gereja, pulang gereja di rumah tiduran...sore persiapan sekolah anak-anak. Malam tenang saja di rumah atau lari ke Kota Wisata sebentar untuk makan malam. Segala keperluan sekolah dan sehari-hari coba kami penuhi di sekitar Legenda Wisata saja. Dan so far kami happy dengan pola ini. Gak mumet sama segala kepenatan macet, klo memang harus ke Jakarta hanya saat tertentu bila ada undangan pernikahan penting atau yang lain. Tapi kalau kami rasa masih bisa pamit ya pamit aja...kami lebih menikmati ngendon di sekitar rumah. Sounds egois dan nggak mau gaul? Ehm...terserah komennya, yang penting akhir pekan benar-benar kami lakukan untuk istirahat dan mempunya waktu yang berkualitas dengan anak-anak. And as a family, we are happy with it! ;-)
Dulu waktu aku kecil, aku nggak pernah merasakan begitu banyaknya perbedaan antara hari sekolah dan liburan akhir pekan. Sama aja, flaattt....mungkin karena aku tinggal di kota kecil, dan kehidupan di kota tersebut yang sederhana membuat ya memang kehidupan akhir pekan itu seperti itu saja. Akhir pekan lebih ke istirahat di rumah, bersih-bersih rumah, kerja bakti di lingkungan tempat tinggal, dll. Juarang sekali kami pergi-pergi apalagi ke luar kota. Duuhh...paling setaun sekali atau dua kali saja karena memang ongkos ke luar kota itu lumayan banyak untuk orang tuaku yang PNS, disamping itu kami tidak pernah punya mobil. Jadi kemana-mana harus naik angkutan umum. Jadilah kami lebih senang menghabiskan waktu di rumah saat akhir pekan, beres-beres, eksperimen masak memasak di dapur, atau tidurrr....hehehehe....Diapelin atau pacaran? ehm....unfortunately aku nggak punya pacara sampai lulus kuliah, jadi blum pernah mengalami pacaran or diapelin di akhir pekan, huehehehehe....
Setelah lulus kuliah dan merantau ke Jakarta, kehidupan akhir pekan itu sedikit bergeser. Saat tinggal bersama Budhe di Pondok Bambu, aku mengisi akhir pekanku dengan "nyalon" bersama kakak sepupu atau main ke rumah temen kuliah. Bekas temen kuliah ada yang mulai pendekatan dan ngapel or mengajak ke gereja bersama, hahahaha....ya seiring waktu mulai ada pergeseran dan perubahan pola hidup saat weekend. Kemudian dari rumah Budhe di Pondok Bambu, aku pindah ke Penggilingan, tinggal bersama teman gereja. Akhir pekanku semenjak itu langsung berubah drastis. Aku bisa menghabiskan akhir pekanku di gereja dengan segudang kegiatan pelayanan. Aku sangat menikmatinya. Sabtu pagi setelah beres-beres dengan setumpuk cucian pakaian, beberes rumah bersama Yaya, aku langsung melejit ke Gereja untuk persiapan pelayanan hari Minggu, sempat ikut les keyboard, latihan Vocal Group, dan sorenya lanjut nge mall bersama Yaya atau teman-teman gereja yang lain. Minggu paginya ke gereja dan terus berlanjut sampai sore karena kami ada kegiatan Persekutuan Pemuda.
Hal itu terus bergulir sampai dengan aku bertemu Jeffry, pacaran kemudian ngekos di Pejompongan. Kehidupan akhir pekanku kembali berubah karena sudah resmi jadi pacar Jeffry. Akhirnya aku ngerasain bagaimana rasanya diapelin di akhir pekan, huahahahahaha....Bersama Jeffry, aku masih terus melanjutkan pelayananku. Kalau dulu berangkat pelayanan naik angkutan umum sendiri, sekarang ada yang nemenin naik metromini, kopaja dan angkot. Pulang pelayanan dan ibadah di gereja mampir ke mall untuk sekedar makan atau liat-liat. Yaa...seperti ada yang kurang, aku tetaplah gadis yang besar di Karang Alit, yang nggak suka ngemall. Buatku tiap akhir pekan ngemall adalah wasting time! Sulit bagi kami berdua untuk bisa pacaran di akhir pekan dengan berkunjung ke tempat-tempat wisata yang tersebar di Jakarta dan sekitarnya. Kendalanya adalah kami tidak mempunya motor atau mobil. Pernah sesekali diajak teman untuk double date ke Puncak, ya itupun juaraaanggg...kecuali saat liburan bersama pulang ke Salatiga, baru kami bisa menikmati liburan dengan jalan-jalan ke sawah, gunung, naik motor pinjeman dari Tante Uling hihihihihi....
Menjelang rencana menikah, kehidupan akhir pekan sedikit berubah dengan cara hunting rumah, dan pernak pernik persiapan pernikahan. Isinya sibukkk aja tiap akhir pekan dengan segabruk rencana dan kegiatan. Dan setelah menikah, kehidupan akhir pekanku kembali ke masa mall to mall... Aku suka males setiap kali Jeffry bertanya, "Sabtu ini mau kemana?". Karena memang bener-bener I had no idea! Setelah menikahpun kami nggak punya kendaraan pribadi sendiri, even motor. Kemana-mana naik angkutan umum dan kalo jalan jauh-jauh sampai ke luar Jakarta naik angkutan umum hanya untuk satu weekend kadang males. Jadi lagi-lagi mall, atau ngurung di kamar kos aja seharian, nonton DVD trus malam baru kami keluar hanya sekedar mencari makan malam.
Dalam kondisi hamil, kehidupan akhir pekan perlahan berubah. Karena hampir di setiap akhir pekan, kami jalan-jalan nyari rumah kontrakan atau pergi ke dokter kandungan untuk periksa kondisi kandunganku. Dan setelah anak pertama lahir, tak lama kemudian Tuhan juga memberikan kami berkat-Nya dengan sebuah mobil Xenia. Aaaahhhh.....sungguh bersyukur akhirnya punya mobil. Dengan adanya mobil tersebut akhirnya kehidupan akhir pekan kami menjadi lebih berwarna.
Saat ini anak-anak sudah makin besar, dan kehidupan akhir pekan yang tadinya penuh dengan acara jalan-jalan dari satu mall ke mall lain, atau berenang, atau ke tempat wisata, perlahan berubah kembali. Kami berpikir bahwa anak-anak harus mempunyai kegiatan yang bermanfaat setiap akhir pekan. Nggak melulu isinya jalan-jalan tanpa tujuan. Akhirnya Ruth dan Jo mulai join dengan latihan ensamble di Gereja setiap hari Sabtu pagi dan belakangan berlanjut dengan les matematika di Enopi sampai jam 12 siang. Dengan kegiatan di hari Sabtu mulai pagi sampai tengah hari yang padat, akhirnya kami sekeluarga memutuskan untuk tidak mengisi tambahan akhir pekan kami dengan kegiatan keluar dari rumah lagi. Siang hari lebih banyak kami pergunakan untuk mengobrol, tidur siang dan menikmati film DVD bersama di rumah. Sesekali, pergi berenang itupun masih di dalam kompleks. Beberapa kali saat kami keluar sebentar ke Citragrand or Kota Wisata, kami lihat traffic di Jl. Transyogi Cibubur yang "luar biasa." Anak-anak bahkan lama kelamaan nurun ortunya, nggak suka berada di tengah-tengah kemacetan. Jadi tiap kali mau pergi kami mikir dulu, worth nggak ya ini? Toh cuman ke mall doang, beli sesuatu yang nggak penting-penting amat.
Akhirnya, sejak 6 bulan yang lalu kami mengemas akhir pekan kami dengan jauh lebih simple seperti ini; Hari Sabtu pagi, sarapan ketoprak/bubur ayam/nasi kuning, lanjut anter anak-anak latihan ensamble di gereja dan les matematika di Enopi, tengah hari pulang, makan siang di rumah lanjut dengan ngobrol bersama dan tidur siang. Sore kalau pengen berenang ya dekat-dekat saja di wilayah Cibubur atau malam kami keluar untuk makan malam di Kota Wisata, 2 kali sempat ngabur jam 10 malam ke Bogor, jalanan sepi....Minggu pagi ke gereja, pulang gereja di rumah tiduran...sore persiapan sekolah anak-anak. Malam tenang saja di rumah atau lari ke Kota Wisata sebentar untuk makan malam. Segala keperluan sekolah dan sehari-hari coba kami penuhi di sekitar Legenda Wisata saja. Dan so far kami happy dengan pola ini. Gak mumet sama segala kepenatan macet, klo memang harus ke Jakarta hanya saat tertentu bila ada undangan pernikahan penting atau yang lain. Tapi kalau kami rasa masih bisa pamit ya pamit aja...kami lebih menikmati ngendon di sekitar rumah. Sounds egois dan nggak mau gaul? Ehm...terserah komennya, yang penting akhir pekan benar-benar kami lakukan untuk istirahat dan mempunya waktu yang berkualitas dengan anak-anak. And as a family, we are happy with it! ;-)
Friday, November 18, 2011
Hobby Yang Tertunda
Aku memiliki sebuah hobby yang tertunda, photography. Saat keinginan dalam hati untuk belajar photography begitu membuncah, akhirnya passion itu membawaku bertemu dengan Darwis Triadi dan belajar Basic Photography di sekolah photography yang dia dirikan. Banyak hal yang aku pelajari dan waktu terus berjalan, ternyata hobby satu ini muaahhaaalll!....dan akhirnya dengan banyak pertimbangan, perlahan aku mulai meninggalkan hobby ini. Yup, aku banting stir ke baking. Sesuatu yang memang aku senangi semenjak aku di bangku SMA dan tentunya lagi, ada duitnya lho ternyata :-))
Terkadang keinginan memotret itu masih ada. Cuman klo lihat bekalku EOS 350D dengan lensa standard, suka males hehehehe....I need a new lens badly! Dan sampai saat ini masih tertunda terus. Maklum otak emak-emak, kebanyakan mikir matematikanya hahahahaha......
Semua guru photography yang aku temui selalu mengatakan, yang bikin foto itu berbicara dengan indah, bukan tools nya. Semuanya itu the man behind the gun! Dan dari hasil analisa akhir pada saat submit portfolio, suhu photographer menyatakan bahwa aku punya instuisi pada sisi humanis photography dan memintaku untuk mengembangkannya disitu. Ehm...mungkin ada benarnya ya...karena aku macet tiap kali harus memotret benda mati.
Ini adalah salah satu photo yang dikomen: "Memotret dengan hati" dan dapet cletukan seru dari temen sekelas, "Ya iyalaahh....anaknya sendiri!" hahahahaa....tapi kemudian sang suhu menyampaikan. "Bukan begitu, bisa saja anda memotret istri/suami/anak/kekasih/orang tua...tapi buat mata seorang photographer berpengalaman akan terlihat mana yang memotret dengan hati dan mana yang tidak. Ini salah satu contoh baik bahwa yang memotret object ini, memotret dengan hati, ada intuisi dalam dirinya. Bagaimana pendapat anda? xixixixi.....aku lupa nama suhuku ini. Tapi dia adalah suhu di bidang human photography, salah satu kelas yang aku ikuti.
Lalu bagaimana dengan hasil jepretan photo benda mati or landscape? Itu photo yang aku pajang di blog sebagai border dari blog ini adalah salah satu jepretan landscape hasil karyaku. Kata yang suka jepret landscape hasilnya lumayan tapi kurang dramatis, harus lebih diasah lagi. Setuju!
Potret makanan hasil baking, ehm...menurutku belum ada yang memuaskan. Entahlah passion motret makanannya belum kena. Mungkin karena aku juga belum menjadi food stylist yang baik? Bisa jadi! Harus lebih diasah lagi.
Ya, menunda suatu hobby bukan harus berarti anda meninggalkannya 100%. Sekali lagi, dalam hidup ini kadang kita harus berani berkompromi dengan keadaan. Tetap semangat!
Thursday, November 17, 2011
30 April 2011
Salah satu high light di tahun 2011. Tanggal yang bersejarah bagi keluarga kami. Karena pada tanggal 30 April 2011 kami resmi pindah rumah dari rumah mungil yang kami cintai di Perumahan Taman Kenari Nusantara ke Perumahan Legenda Wisata yang masih tetanggaan di Cibubur. Namun setelah di cek lagi ternyata sudah beda kelurahan. Kalau Taman Kenari Nusantara masuk Kelurahan Nagrak, Legenda Wisata masuk Kelurahan Wanaherang. Alasan kepindahan rumah kami karena sekolah anak-anak. Kami ingin anak-anak lebih dekat ke sekolah mereka di Sekolah Kristen Ketapang 3 (SKK 3).
Saat meninggalkan rumah kami di Cluster Pasundan, Taman Kenari Nusantara, ada rasa sedih yang menyergap. Di rumah itu kami sebagai keluarga utuh bersatu setelah selama 3 tahun ngontrak di Pasar Minggu. Kami dandani rumah mungil itu dengan penuh kasih mulai dari bikin teras dan juga car port. Kami sangat cinta dengan teras rumah dan merasa sangat kehilangan. Pohon mangga di depan rumah juga salah satu yang bikin berat. Pohon mangga itu ditanam oleh Akung dari biji. Bisa tumbuh dengan subur dan sebentar lagi berbuah. Sayang kami tidak bisa menikmati buahnya. Banyak pergumulan emosi di rumah ini dan sampai sekarangpun kami masih suka kangen dengan rumah kami di Taman Kenari Nusantara. Anak-anak pun kangen dengan teman-teman mereka dan keberadaan warung yang dekat rumah yang memudahkan segalanya untuk jajan, hahahahaha....cuman malesnya, sering banget mati listrik!
Hampir selama 2 tahun aku dan Jeff berpikiran untuk pindah rumah. Jalan Transyogi Cibubur semakin macet. Kami melihat bagaimana Ruth dan Jo harus bangun pagi sekali untuk dijemput pukul 6 pagi ke sekolah mereka di Legenda Wisata yang hanya berjarak 3km, beneran selemparan batu doang, karena kami bisa melihat sekolah mereka dari belakang Cluster Pasundan. Menjelang akhir tahun 2010 kami semakin giat mencari rumah dan diputuskan kalau kami akan tinggal di Legenda Wisata. Kami berusaha mencari Cluster terdekat ke SKK 3. Setelah beberapa kali visits ke beberapa rumah yang ditawarkan, akhirnya pilihan kami jatuh kepada rumah di Cluster Cleopatra. Tidak terlalu jauh dari Sekolah, mungkin hanya 3 menit dengan mobil or 10 menit berjalan kaki.
Rumah baru kami terletak di hook dengan halaman rumput yang luas. Jeffry sangat mencintai halaman rumput ini seperti istri keduanya hahahaha...Jonathan bisa puas bermain bola disini, bahkan kami sekeluargapun sering duduk-duduk di halaman rumput ini di sore hari, menikmati semilirnya angin dan indahnya sunset.
Sudah 6 bulan kami pindah ke rumah baru kami dan perlahan kami mulai bisa meninggalkan semua rasa sakit dari keputusan meninggalkan rumah lama di Taman Kenari Nusantara. Setiap hari, semakin kami menikmati dan mencintai rumah baru kami. Anak-anak sudah semakin terbiasa tinggal di lingkungan baru dan menikmati bagaimana mereka bisa bangun sedikit siang, nggak harus pagi-pagi sekali untuk persiapan berangkat ke sekolah. Akupun nggak pernah bosan mengucap syukur setiap kali melewati hamparan pinus dan cemara di sepanjang boulevard Napoleon hingga ke Rembrant. Sungguh indah, hijau, tenang dan menyejukkan, mengingatkan aku akan kampung halaman di Salatiga :-)
Saat meninggalkan rumah kami di Cluster Pasundan, Taman Kenari Nusantara, ada rasa sedih yang menyergap. Di rumah itu kami sebagai keluarga utuh bersatu setelah selama 3 tahun ngontrak di Pasar Minggu. Kami dandani rumah mungil itu dengan penuh kasih mulai dari bikin teras dan juga car port. Kami sangat cinta dengan teras rumah dan merasa sangat kehilangan. Pohon mangga di depan rumah juga salah satu yang bikin berat. Pohon mangga itu ditanam oleh Akung dari biji. Bisa tumbuh dengan subur dan sebentar lagi berbuah. Sayang kami tidak bisa menikmati buahnya. Banyak pergumulan emosi di rumah ini dan sampai sekarangpun kami masih suka kangen dengan rumah kami di Taman Kenari Nusantara. Anak-anak pun kangen dengan teman-teman mereka dan keberadaan warung yang dekat rumah yang memudahkan segalanya untuk jajan, hahahahaha....cuman malesnya, sering banget mati listrik!
Hampir selama 2 tahun aku dan Jeff berpikiran untuk pindah rumah. Jalan Transyogi Cibubur semakin macet. Kami melihat bagaimana Ruth dan Jo harus bangun pagi sekali untuk dijemput pukul 6 pagi ke sekolah mereka di Legenda Wisata yang hanya berjarak 3km, beneran selemparan batu doang, karena kami bisa melihat sekolah mereka dari belakang Cluster Pasundan. Menjelang akhir tahun 2010 kami semakin giat mencari rumah dan diputuskan kalau kami akan tinggal di Legenda Wisata. Kami berusaha mencari Cluster terdekat ke SKK 3. Setelah beberapa kali visits ke beberapa rumah yang ditawarkan, akhirnya pilihan kami jatuh kepada rumah di Cluster Cleopatra. Tidak terlalu jauh dari Sekolah, mungkin hanya 3 menit dengan mobil or 10 menit berjalan kaki.
Rumah baru kami terletak di hook dengan halaman rumput yang luas. Jeffry sangat mencintai halaman rumput ini seperti istri keduanya hahahaha...Jonathan bisa puas bermain bola disini, bahkan kami sekeluargapun sering duduk-duduk di halaman rumput ini di sore hari, menikmati semilirnya angin dan indahnya sunset.
Sudah 6 bulan kami pindah ke rumah baru kami dan perlahan kami mulai bisa meninggalkan semua rasa sakit dari keputusan meninggalkan rumah lama di Taman Kenari Nusantara. Setiap hari, semakin kami menikmati dan mencintai rumah baru kami. Anak-anak sudah semakin terbiasa tinggal di lingkungan baru dan menikmati bagaimana mereka bisa bangun sedikit siang, nggak harus pagi-pagi sekali untuk persiapan berangkat ke sekolah. Akupun nggak pernah bosan mengucap syukur setiap kali melewati hamparan pinus dan cemara di sepanjang boulevard Napoleon hingga ke Rembrant. Sungguh indah, hijau, tenang dan menyejukkan, mengingatkan aku akan kampung halaman di Salatiga :-)
Girl Friendship
Kebutuhanku akan girl friendship dari kecil sudah cukup tinggi karena aku selalu merasa sendiri di rumah. Aku nggak punya saudara perempuan. Aku anak perempuan satu-satunya dari 3 bersaudara. Jarak yang terlalu dekat antara aku dan Mas Seno membuat aku sering merasa seperti tidak punya kakak, karena kami berdua lebih mirip seperti "musuh" saingan, ribut melulu...baiknya baru belakangan ini setelah sama-sama sudah berumur hahahahaha....*peace ya Mas!* Aku lebih dekat ke Wisnu, adikku, karena kami selisih 3 tahun jadi ada perasaan bangga pada diriku sendiri dengan posisi sebagai kakak. Apalagi Wisnu adalah adik yang sangat baik, terbaik yang aku miliki, sampai detik ini! Kalau mau buka-bukaan jujur, aku dan Mas Seno pun mengakui bahwa diantara kami ber-3 Wisnu adalah anak yang paling toobbb!! (pake B saking manteebbb nya hihihihi....).
Anyway, sekarang back to girl friendship...bahasan mengenai sibblings mungkin akan dituangkan di tulisan yang lain. Aku merasa nyaman mempunya sahabat cewek yang dekat, bahkan sampai bisa dibilang posesif. Kalau melihat mereka dekat dengan teman yang lain, jujur ada rasa cemburu dan left behind. Aku gak pernah mau diduakan, aku mau teman dekat cewekku hanya ada untukku setiap saat dan setiap waktu. Egoisme masa muda yang sungguh amat sangat keterlaluan!, siapa aku? hehehehe....sekarang klo inget hal itu tepok jidat sendiri, alamak...buruk kali diri ini!
Perasaan sakit hati karena melihat sahabat wanitaku main atau dekat dengan teman wanita yang lain membuat aku menjadi sosok yang diam-diam suka menulis. Ya, masa mudaku akan aku habiskan untuk menulis diary berlembar-lembar secara lebay, itu semua curahan gejolak anak ABG belasan tahun. Flash back ke belakang membuatku tersenyum malu sendiri tapi kemudian bersyukur bahwa semua yang aku alami dimasa lalu itulah yang membentuk aku hingga hari ini.
Ada beberapa nama yang dekat denganku sejak aku kecil tinggal di Karang Alit, Salatiga. Aku lebih mengingat masa kecilku di Salatiga dengan baik daripada saat tinggal di Kalioso. Mungkin karena aku masih TK dan terlalu kecil saat itu. Tapi memoir Kalioso tetap perlu dan penting diingat, bahkan suatu saat aku pun ingin menuliskannya.
Sebutlah Rini, Dyah, Dewi Kartika Sari, Ciciek, Okta dan Nana. Mereka adalah nama-nama teman mainku dari kecil di Karang Alit. Yang paling sering aku ajak curhatan sampai aku kerja adalah Nana. Nana sudah aku anggap seperti adik sendiri. Kami sudah jarang bertemu tetapi hubungan secara rutin via FB dan sms terus berjalan. Dengan Rini, kami connected lagi secara baik justru setelah kami berdua sama-sama bekerja, menikah dan punya anak. Dengan Dyah, juga kami tetap berhubungan baik dan rutin sampai dengan hari ini. Hanya dengan Dewi Kartika Sari, Cicik dan Okta yang serasa semakin kabur. Walaupun dengan Okta mungkin akan lebih mudah dijalin kembali karena Okta saat ini masih tinggal di Karang Alit, Salatiga.
Saat SD, aku punya teman cewek yang akrab, Andri, Arminah dan Titik. Ketiganya raib bagaikan ditelan bumi. Aku masih bertemu Arminah sekali saat aku belum menikah dan liburan ke Salatiga. Saat itu Arminah sudah menikah dan punya 2 orang anak. Andri, menurut Bapak, sudah menikah dan punya anak juga. Bapak pernah bertemu Andri saat dia sedang menjemput anaknya pulang dari sekolah. Andri masih tinggal di Salatiga. Dengan Titik, entahlah aku tidak tau dimana dia sekarang. Kadang aku kangen dengan Titik. Usai lulus SD, kami berpisah SMP. Aku di SMPN 1 dan Titik di SMPN3. Dia hanya bersekolah di SMPN 3 selama setahun karena kemudian pindah ke Tegal berkenaan dengan ayahnya yang anggota TNI dipindah tugaskan ke Tegal. Aku dan Titik masih sering berkirim surat, namun setelah kami lulus SMP, surat-surat itupun terputus sampai dengan hari ini.
Saat SMP dan SMA, mostly teman yang aku temui di sekolah berlanjtu. Bahkan bbeberapa sampai ke bangku kuliah. Hubungan yang pernah ada itu terus kami bbina, bahkan aku pun terus belajar untuk menerima bahwa people are changing dan aku harus siap dengan segala perubahan dari sebuah kepribadian yang dulunya aku merasa sudah sangat dekat dan mengenalnya. Sometimes it hurts me a lot, but slowly I learn to cope with that. Sebutlah beberapa nama yang ada di hati: Nuniek, Ciciel, Weny, Tris, Karina, Mia, Yunisha, Ervin, Lili, Santi, No'e, Dian, dan masih banyak lagi yang lain.
Aku bersyukur, beberapa teman wanita terbaikku dari masa kecil, sekolah, kuliah, masih ada di sisiku sampai dengan hari ini. Saat kehidupan ini berada dibawah, mereka selalu ada untuk mengangkatku dengan kata-katanya yang menguatkan, telinganya yang siap mendengarkan, empatinya, dan juga waktu yang berikan untuk tersenyum dan menjawab bbm, sms dan telpon.
Tulisan ini aku dedikasikan untuk sahabat-sahabat wanitaku yang luar biasa, dan aku ingin menutup tulisan ini dengan sebuah quote indah yang aku temukan dari hasil googling:
"Friendship among girls evolves over a long stretch of time. But once friends, they stick to each other through thick and thin. It helps to have a shoulder to cry on when the first crush or love is lost, it also helps to unburden oneself with the "girlie" talk."
Masa Mendatang....
Dalam perjalanan dari rumah ke kantor, aku termenung dan memikirkan bahan tulisan hari ini. Dan biarpun jatah memoirs masih segabrukan, tapi sepertinya pagi ini giliran menuangkan apa yang ada di pemikiranku dulu. Sudah lama aku memikirkan masa depan dari anak-anakku. Sebagai seorang ibu, aku ingin anak-anak mendapatkan yang terbaik, lebih baik dari orang tuanya. Aku hanya lulusan D2 dari sekolah Sekretaris di UKSW. Jujur aku sering minder, karena banyak teman-temanku yang S1 bahkan lebih. Dan bukan rahasia lagi kalau memang sering orang dipandang dari sisi intelektualnya. So klo cuman lulusan akademi kadang masih ada pola pikir, intelektualnya belum nyampe, hehehehe...this is in my own opinion lho ya...hasil dari pengamatan saja. Mohon maaf klo ada yang kurang setuju, anda sangat berhak untuk menyanggah dan menyampaikan pendapat anda disini :-)
Ketika orang bertanya, "Do you love your country, Indonesia?". Dengan tegas dan mantap 100%, aku menjawab: "Yes, I do love my country, Indonesia." Next question: "Will you spend the rest of your life in your country?". My answer will be: "It might be, but 90% yes. But not my children!."
Aku cinta negara ini, tanah air ku yang cantik dan permai. Tetapi maafkan aku bila aku tak ingin anak-anakku menghabiskan masa hidupnya di negara dimana mereka dilahirkan. Kalaupun suatu saat nanti, mereka beranjak dewasa dan memutuskan untuk tetap tinggal menetap sampai akhir hidup mereka di negara ini, itu adalah pilihan hidup mereka 100%. Karena sebagai orang tua, aku hanya memberikan options dan options itu adalah tinggal di negara ini atau sesuai keinginanku sebagai seorang ibu, tinggallah di negara lain yang lebih baik.
Apakah Indonesia tidak baik? Jujur aku bilang, TIDAK! Negara yang kaya raya, cantik permai ini sudah bobrok dan rusak. Aku ngeri membayangkan masa depan negara ini. Mulai dari hal-hal kecil yang aku temui setiap hari, semuanya membuatku terus berpikir bagaimana negara ini bisa keep up dan berkompetisi untuk berjuang hidup dan tegar di masa mendatang? Semua rusak, amburadul. Salah pemerintah? Ah sudahlah....semua sudah tau dan nggak perlu terus diperpanjang karena inti dari semua yang telah dan sedang dan akan terus terjadi adalah "attitude."
Kebobrokan moral, attitude, bangsa ini sudah sedemikian parah dan sudah menjadi endemi yang sangat dasyat. Tiap-tiap keluarga yang masih memegang kebenaran dan kekuatan attitude atau moral yang benar, sibuk berjuang sendiri-sendiri agar keluarga mereka terutama sekali anak-anak mereka tetap bertahan menjadi kelompok kecil minoritas bibit unggulan. Dan itu perjuangan yang sangat melelahkan, mahal luar biasa, penuh keringat dan air mata. Banyak harga mahal yang harus dibayar karena gempuran disekitar yang sedemikian dasyat. Ini yang sedang kami kerjakan dan perjuangkan sedemikian rupa, supaya anak-anak kami terus bertahan menjadi bibit unggulan yang terbaik secara kualitas attitude atau moralnya.
Ruth dan Jo pernah bertanya kepada kami, "Mengapa Papa Mama nggak ingin kami nanti dewasa tinggal di Indonesia?" Jawaban kami saat itu adalah, "Papa Mama ingin kalian bisa hidup bahagia dengan pilihan hidup kalian yang sebenarnya, bukan karena dipaksa oleh sebuah keadaan. Kalau nanti kalian dewasa tetap ingin tinggal di Indonesia, nggak masalah juga...tapi tetaplah bahagia dengan pilihan itu dan berikan yang terbaik."
Mungkinkah pola pikir kami sebagai orang tua dikarenakan dendam pribadi terhadap keadaan saat ini? Kami berdua kadang merasa, apa yang dulu menjadi ideal kami saat masih muda banyak yang harus kami kompromikan ataupun hilangkan, ataupun ditunda, karena benturan keadaan yang kadang terlalu keras dan menyakitkan? Contoh sederhana, Jeff mempunya cita-cita sederhana sejak kecil, ingin mengajar, jadi guru. Tetapi keadaan membuat dia menunda passion mengajar sedemikian lama karena keadaan. Karena apa?? Uang! Ya, kami butuh financial yang cukup untuk memberikan pendidikan terbaik dan kenyamanan sehari-hari bagi anak-anak, sampai batas waktu yang sudah kami tetapkan dalam financial planning keluarga kecil kami.
Mungkin ada yang berkomentar: "Kebutuhan manusia memang klo diturutin nggak akan pernah cukup!." Betul sekali! Tetapi hikmat yang kami miliki adalah jalani dulu yang ada untuk persiapan anak-anak, baru setelah itu raih yang menjadi mimpi kami di kemudian hari. Dan penundaan realisasi mimpi yang sedemikian lama itu kadang terasa sakit dan pahit. Namun kami percaya bahwa kami tidak boleh menyerah. Mimpi itu harus tetap dipegang dan diraih walaupun membutuhkan kesabaran puluhan tahun.
Jadi, salahkah apabila kami tak ingin hal itu menimpa anaka-anak kami tersayang? Kami melihat idealisme yang besar dalam diri Ruth dan Jonathan. Dan kami ingin mereka berdua hidup bahagia dalam idealisme positive yang ada dalam diri mereka. "Mama, I love math and social studies. Aku cuman mau belajar itu aja dan itu terus sampai besar", kata Ruth. "Ai Jo pengennya jadi pemain bola! Males belajar Math!" kata Jonathan lagi.
Idealisme Ruth mungkin masih bisa match dengan kehidupan di Indonesia, tetapi bagaimana dengan Jonathan? Berulang kali sebagai ibu aku menekankan kepada mereka, bahwa mereka tidak perlu jadi juara kelas dan menguasai semua bidang. Bila mereka mencintai sesuatu, sesederhana apapun itu, lakukanlah itu dengan penuh cinta, dengan segenap hati dan kekuatan yang ada padamu, dan teruslah berlutut dan berdoa untuk hal sederhana itu, karena Tuhan akan mengubah yang sederhana pada dirimu menjadi suatu hal yang luar biasa!
Jadi kalau Jonathan "hanya" ingin menjadi pemain bola, tentunya sebagai orang tua, kami ingin mengangkat cita-cita sederhananya menjadi sesuatu yang luar biasa. Nggak cuman pemain bola nasional, tetapi bisa menjadi seperti Messi, pemain bola favorite Jonathan di Barca. Jalan kesana? tentunya panjang dan berliku, dan jujur saat ini kami hanya melihat, kesempatan itu baru tersedia di luar Indonesia.
Bagaimana dengan Ruth? Kobaran di hatinya mengenai math sungguh luar biasa. Kalau memang itu yang ada pada dirinya dan sedemikian idealisnya, jujur kamipun masih melihat bahwa peluang itu tersedianya cuman di luar Indonesia.
Masih terngiang percakapanku 13 tahun yang lalu dengan Ruben, salah seorang siswa Goshen College, asal dari Semarang. Saat itu kami berdua berjalan beriringan dari Goshen College menuju 8th Street tempat aku tinggal bersama Herman & Ros Weits. Sambil menikmati keindahan musim semi di Indiana, aku bertanya kepada Ruben yang sudah Senior di Goshen College saat itu. "Next year lulus, mau kemana Ben? pulang ke Indonesia?". Ruben tertawa kecil dan menjawab, "Never!". Jujur aku kaget sekali dengan jawaban itu. "Why??!". Ruben menjawab lagi, "Aku mau makan apa disana?? Bidangku Fisika, di Indonesia aku nggak bisa berkembang dan mungkin kalaupun aku berusaha sedemikian rupa, aku nggak akan bisa dihargai. Aku hanya punya Fisika, dan aku ingin hidup dari Fisika dan itu hanya akan aku peroleh disini, tidak di Indonesia." Jawaban dari Ruben merupakan perenungan yang panjang untukku mulai hari itu sampai dengan hari ini. Kehidupan Ruben di US sangat baik. Dia sudah menikah dengan orang Indonesia juga dan menetap disana. Dia berhasil mendapatkan Master Degree di bidang Fisika dari sebuah Universitas terpandang di US, dia bekerja sesuai bidangnya dan kemungkinan besar pun doktoral dalam bidan Fisika akan segera dia raih dalam waktu dekat. Ya, dia saat ini bahagia dan hidup seimbang dengan Fisika dan idealisme nya disana.
Jadi bagaimana gambaran "Masa Mendatang" kami? Ruth dan Jonathan bahagia dengan idelisme mereka, berkembang sesuai panggilan jiwa mereka di negara orang. Saya dan Jeff, menghabiskan masa tua bersama di tanah air tercinta nan elok ini dengan terus mengejar mimpi idealisme kami di masa muda. Jeff dengan setumpuk buku, research dan para mahasiswa nya, dan aku dengan tulisan, oven, kompor dan mixer. Semoga Tuhan yang Maha Pengasih memberikan kami kesehatan, hikmat dan bijaksana dalam kami mengatur dan menyusun rencana masa mendatang hidup kami agar seturut dengan rancangan-Nya. Aamiin!.
Wednesday, November 16, 2011
Postingan Tulisan Loncat-Loncat???
Hehehehe...mungkin itu yang akan terlintas di pemikiran para bloggers yang membaca tulisanku di blog ini. Yaaaa...maaf yaaa...maklum lah baru nemu blog nya kembali setelah setahun vacuum. Udah gitu yang di otak memang lagi serba meloncat, menyesuaikan foto-foto yang ada di BB aja yang sudah berhasil di down load ke PC kantor baru. Koleksi foto yang lain masih buanyaaakkk....dan bakalan nanti judulnya tulisanku disini isinya mostly memoir ya hahahaha....
Anggak saja blog ini sebagai scrap book sebelum nantinya beberapa tahun mendatang aku bisa merangkumnya kembali dalam tulisan yang lebih teratur. Ya, suatu saat nanti aku ingin menulis mengenai memoir. Yang harus dipersiapkan adalah pictures dan juga tulisan jurnal seperti scrap book. Nah blog ini salah satu wadahnya hehehehe....as Shirley said, I'd better keep my dream alive as one day I will fulfill my dream, to be a writer!!
Jadi jangan gregetan klo tulisannya mostly banyak yang kilas balik ya. Ini kan blog saya, suka-suka yang nulis dungss hahahaha....harap maklum aja deh ya...
Makasih banyak, Tuhan memberkati para pembaca semua! :-)
DHL Family Day in Dufan
Ini adalah DHL Family Day yang terakhir yang aku ikuti setelah 9 tahun bekerja di DHL. Tepatnya hari Minggu, tanggal 11 September yang lalu.
Jeffry tidak bisa join, jadi ticket punya Jeffry aku pake untuk Rara, pembantu infal selama Lebaran. Aku memang lebih membutuhkan Rara yang bisa menemani anak-anak lari kesana kemari karena aku sendiri sibuk dengan posisiku sebagai Sie Konsumsi di acara Family Day.
Overall keseluruhan acara bisa berlangsung dengan baik, kalau ada kekurangan disana sini, masih wajar dan bisa di toleransi. Ruth dan Jonathan puas bermain di berbagai wahana. Aku baru bisa join bermain bersama mereka setelah usai jam makan siang.
Sayang aku tidak banyak membidikkan foto dari kamera pribadi karena berpikiran bakalan sibuk sendiri dan juga kami sudah pernah ke Dufan sebelumnya. Well, untuk Jonathan, ini adalah kedua kalinya dia pergi ke Dufan. Sedangkan Ruth, ini kali ketiga. Semuanya karena acara DHL Family Day. Kami sendiri belum pernah secara pribadi menyempatkan diri untuk pergi ke Dufan bersama anak-anak. Terakhir kami ke Dufan di tahun 2007 suasananya sungguh penuh sesak, sehingga kami tidak bisa banyak menikmati wahana permainan yang ada. Kemarin itu adalah waktu yang paling tepat, anak-anak juga semakin besar dan mereka benar-benar sudah bisa enjoy dengan wahan permainan yang ditawarkan oleh Dufan.
Semoga ke depannya kami bisa ke Dufan lagi. :-)
Jeffry tidak bisa join, jadi ticket punya Jeffry aku pake untuk Rara, pembantu infal selama Lebaran. Aku memang lebih membutuhkan Rara yang bisa menemani anak-anak lari kesana kemari karena aku sendiri sibuk dengan posisiku sebagai Sie Konsumsi di acara Family Day.
Overall keseluruhan acara bisa berlangsung dengan baik, kalau ada kekurangan disana sini, masih wajar dan bisa di toleransi. Ruth dan Jonathan puas bermain di berbagai wahana. Aku baru bisa join bermain bersama mereka setelah usai jam makan siang.
Sayang aku tidak banyak membidikkan foto dari kamera pribadi karena berpikiran bakalan sibuk sendiri dan juga kami sudah pernah ke Dufan sebelumnya. Well, untuk Jonathan, ini adalah kedua kalinya dia pergi ke Dufan. Sedangkan Ruth, ini kali ketiga. Semuanya karena acara DHL Family Day. Kami sendiri belum pernah secara pribadi menyempatkan diri untuk pergi ke Dufan bersama anak-anak. Terakhir kami ke Dufan di tahun 2007 suasananya sungguh penuh sesak, sehingga kami tidak bisa banyak menikmati wahana permainan yang ada. Kemarin itu adalah waktu yang paling tepat, anak-anak juga semakin besar dan mereka benar-benar sudah bisa enjoy dengan wahan permainan yang ditawarkan oleh Dufan.
Semoga ke depannya kami bisa ke Dufan lagi. :-)
Libur Idul Fitri 1432 H
Liburan Idul Fitri tahun 2011 ini, kami bersyukur bisa mengajak Akung dan Uti untuk "nyicip" kenyamanan service dari sebuah hotel berbintang 5. Hasil kerja selama setaun jadi bookers di DHL membuahkah hasil voucher menginap gratis di Mulia Hotel, Senayan. Waduh bersyukur banget deh. Kami booked 2 kamar type Splendor Room yang bersebelahan untuk 3 hari 2 malam yaitu tanggal 2 - 4 September 2011. Adek Jo as usual klo ada Akung bakal ikut ngekor tidur bareng Akung dan Uti. Kakak Ruth, ngekor mamanya di kamar sebelah lagi sama Papa Jeff hehehehe...
View yang kami dapat dari kamar cukup cantik. Kami dapat view lapangan golf dan Senayan. Akung senang sekali dan beberapa membidikkan kamera handphone nya untuk merekam view yang cantik.
We had a lot of fun together. Menikmati sepinya Jakarta, dan juga fasilitas di hotel. Anak-anak puas berenang. Hari pertama, kami ber-4 menikmati suasa di kolam renang hotel di lantai 5 yang cukup rame + sunset yang hangat dari pinggiran kolam, sedangkan Akung dan Uti memilih menikmati kamar mereka hehehehe.....
Di kolam renang gak taunya ketemu Pak Yongki, teman kerja waktu di Bank NISP, yang juga sedang berlibur bersama keluarganya. Sambil mengawasi anak-anak berenang, iseng-iseng foto berdua ah...jarang-jarang banget lho kami foto berduaan hihihi...dan ternyata saat upload foto kami berdua di bbm profile dan facebook banyak yang kasih komen sebagai foto romantis kami berdua. Beneran ya? hahahahaha.....thank you. Yup, we both were in romantic moment, suiiitt...suuuiiittt....
Hari berikutnya, kami seharian main ke Plaza Senayan. Nonton film Transformers bareng Akung dan Uti, trus jalan-jalan di mall, pulangnya nggak lupa beli bekal makan malam, karena kami semua sudah lelah dan males untuk keluar hotel lagi.
Keesokan harinya, aku dan Uti nemenin anak-anak berenang kembali. Duuh panasnyaaa....sampai gosong deh hehehehe....habis berenang, kami kembali ke kamar untuk beberes karena tengah hari kami harus check out. Overall kami senang sekali bisa mengajak Akung dan Uti bermalam di hotel Mulia. Walaupun sempet jengkel sama pihak hotel karena waktu kami check in, kamar Akung dan Uti belum siap, dan masih harus menunggu selama 2 jam. Semoga berikutnya pelayanan di Hotel Mulia lebih baik ya.
View yang kami dapat dari kamar cukup cantik. Kami dapat view lapangan golf dan Senayan. Akung senang sekali dan beberapa membidikkan kamera handphone nya untuk merekam view yang cantik.
We had a lot of fun together. Menikmati sepinya Jakarta, dan juga fasilitas di hotel. Anak-anak puas berenang. Hari pertama, kami ber-4 menikmati suasa di kolam renang hotel di lantai 5 yang cukup rame + sunset yang hangat dari pinggiran kolam, sedangkan Akung dan Uti memilih menikmati kamar mereka hehehehe.....
Di kolam renang gak taunya ketemu Pak Yongki, teman kerja waktu di Bank NISP, yang juga sedang berlibur bersama keluarganya. Sambil mengawasi anak-anak berenang, iseng-iseng foto berdua ah...jarang-jarang banget lho kami foto berduaan hihihi...dan ternyata saat upload foto kami berdua di bbm profile dan facebook banyak yang kasih komen sebagai foto romantis kami berdua. Beneran ya? hahahahaha.....thank you. Yup, we both were in romantic moment, suiiitt...suuuiiittt....
Hari berikutnya, kami seharian main ke Plaza Senayan. Nonton film Transformers bareng Akung dan Uti, trus jalan-jalan di mall, pulangnya nggak lupa beli bekal makan malam, karena kami semua sudah lelah dan males untuk keluar hotel lagi.
Keesokan harinya, aku dan Uti nemenin anak-anak berenang kembali. Duuh panasnyaaa....sampai gosong deh hehehehe....habis berenang, kami kembali ke kamar untuk beberes karena tengah hari kami harus check out. Overall kami senang sekali bisa mengajak Akung dan Uti bermalam di hotel Mulia. Walaupun sempet jengkel sama pihak hotel karena waktu kami check in, kamar Akung dan Uti belum siap, dan masih harus menunggu selama 2 jam. Semoga berikutnya pelayanan di Hotel Mulia lebih baik ya.
Happy 8th Birthday, Our Lovely Daughter!!
On 23rd October 2011, my lovely daughter, Ruth Jasmine, turned 8 year old! I suddenly had a mixed feeling about it. I am happy because I have a wonderful, beautiful, and smart daughter, but at the other hand, for me everything has moved too fast!
I still remember how I hold her in my arms for the first time, and now she is 8! She is already busy making friends, hang out and have fun with them.
Her birthday was on Sunday. So we decided to get together with families after church. We came early to church on that day to keep up with blood donation program. Since we joined this program at church, Jeffry and I regularly participate in this program. We feel healthier since joining this blood program. We donate our blood every 3 months.
We had Ruth's birthday lunch at ChopStix Restaurant in Citos (Cilandak Town Square). Oma Vien Joris, Oma Dian Joris, Uncle Rico Joris, Aunty Astrid Joris, Uncle Seno, Aunty Vitri, Uncle Wisnu, and Aunt Nining were there with us. We missed Akung and Uti in Salatiga and Uncle Novary Joris who was still in Balikpapan for a business trip.
This year, Ruth didn't want me to bake a birthday cake. She asked for ice cream bithday cake instead. I called Harvest Bakery one day earlier and had them delivery the Black Forest Ice Cream Cake to ChopStix Restaurant in Citos. The black forest ice cream cake was delicious, all of us loved it. Good choice, Ruthie!
We had a good time that afternoon, especially the kids. After the lunch, Ruth, Jonathan, Rico, and Astrid continued their fun with going to see the movie. They went to the cinema inside Citos to watch Three Musketeers. I went shopping to Matahari Department Store with Oma Diana, and Jeffry enjoyed his books and coffee at Starbuck. The rest like my brothers and their wifes, including my mom in law, they went home to prepare themselves for late afternoon Sunday Service in their churches.
Thank you dear Father, for the beautiful gift in my life. Bless my little princess as she is growing becoming the woman who is devoted her life for You, amen!
Happy 42th Birthday, Papa Jeffry!
On 8th November 2011, Jeffry turned to 42. He's been thru so many things in his life for the past 42 years, and one thing he knows for sure that Jesus always holds his hands as he walks thru His path.
I baked chocolate cake with ganache, his favorite, for his birthday cake. We had little ceremony in the morning of 8th November to celebrate his birthday with the kids. The kids were just awoke, so they still looked sleepy. But for sure they were happy to celebrate daddy's birthday.
Happy birthday my love. May Jesus continue to bless you in many ways you do. I wish you will finish your dutch language course soon and fulfill your dream to get schoolarship in doctoral degree. We are supporting and praying for you.
I baked chocolate cake with ganache, his favorite, for his birthday cake. We had little ceremony in the morning of 8th November to celebrate his birthday with the kids. The kids were just awoke, so they still looked sleepy. But for sure they were happy to celebrate daddy's birthday.
Happy birthday my love. May Jesus continue to bless you in many ways you do. I wish you will finish your dutch language course soon and fulfill your dream to get schoolarship in doctoral degree. We are supporting and praying for you.
Jonathan Mendapatkan 3 Jahitan di Jidat!
Monday, 26 September 2011.
Hari dimana aku pulang kantor sama Jeff masih nyante-nyante di jalan dapet telpon dari Ruth kalau Jonathan kepalanya berdarah karena jatuh. Aku bilang, iya nggak papa...olesin aja pake minyak ambon ya sayang...Ruth bilang sudah diolesin Ma...
Sampai rumah sekitar jam 7 malam dan lampu teras mati. Ehm...ada apa ini? Aku masuk kedalam rumah dan melihat Ruth yang wajahnya sedikit pucat. Setelah memeluk dan mencium aku tanya adek Jo ada dimana? Mbak Fitri? (Fitri adalah pembantu baru kamu, adiknya mbak Isah yang sebelumnya sudah 4 tahun ikut kami). Ruth bilang, mbak Fitri diatas nemenin adek Jo. Aku segera lari ke atas, dan aku melihat Fitri yang berwajah pucat sedang duduk di sisi pinggir tempat tidur menemani Jonathan yang tiduran lemas. Jidat Jo ditempel kapas yang sebelumnya dicelum ke minyak ambon, minyak obat. Badan Jonathan agak hangat, aku buka kapasnya dan seketika badanku lemas. Aku lihat luka kopekan di jidat yang dalam dan terlihat sangat empuk. Yesusku, apa yang terjadi dengan anakku??? Aku panggil papanya dan Jeff keatas untuk memeriksa. Jeff bilang, "Nggak papa...anak laki...mau dibawa ke RS? besok saja lah...he will be ok!". Namun insting keibuanku mengatakan bahwa malam ini juga aku harus bawa Jonathan ke RS. Dengan kondisi Jeff yang sedang kurang sehat dan Ruth besok masih ada ulangan, akhirnya aku putuskan untuk menelpon sopir kami, Adon, untuk balik ke rumah dan mengantarkan aku dan Jo ke RS terdekat. Aku memilih RS. Thamrin Cileungsi yang lebih mudah dan cepat diakses dari rumah, tanpa macet, hanya 7 menit.
Sampai di RS, kami langsung ke UGD. Jo langsung ditangani, dibersihkan lukanya dan melihat cara si Mas Perawat membersihkan luka Jonathan, hatiku perih tertusuk-tusuk. Walaupun sudah disuntik anestasi, Jo masih teriak-teriak kesakitan. Aku terus memeluk tubuh mungilnya menuntun dia untuk mengucapkan Doa Bapa Kami dan memanggil nama Tuhan kami Yesus supaya dia tenang. Usai dibersihkan, kami masih menunggu untuk rontgen kepala. Rontgent dapat berjalan dengan lancar. Setelah itu baru kami menanti giliran ditangani untuk jahitan di jidat Jo. Kami harus mengalah untuk ditangani karena pada saat yang bersamaan masuk ke UGD pasien korban kecelakaan. Sekeluarga terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki naik sepeda motor, ditabrak lari oleh mobil pick up. Sang ayah langsung meninggal di tempat, Ibu dan anak dalam kondisi kritis. Mendengar si ibu yang mengerang kesakitan, aku terus memeluk erat Jonathan karena dia juga jadi takut.
Akhirnya sampai juga giliran Jonathan untuk ditangani jahitannya. Proses jahitan di jidat Jonathan berjalan dengan alot, aku kesal denga Mas Perawat yang sempat memaksakan jarum yang kurang tajam untuk menjahit luka Jonathan. Alhasil Jonathan teriak histeris kesakitan dan keluar amarahku membentak si Mas Perawat! Akhirnya ganti jarum dan tambahan anestasi lagi. Total ada 3 kali suntikan anestasi yang diberikan, dan 3 jahitan di kening Jonathan.
Owalah adek sayang...ini jahitan di kepala yang ke-2. Setelah sebelumnya kira-kira 3 tahun yang lalu, Jonathan dilempar batu oleh Nasjtami, anak tetangga depan rumah hingga kepala kirinya luka, bocor ngocorrrr....menghasilkan 4 jahitan.
Proses jahitan di jidat pasti sangat menyakitkan bagi Jonathan hingga dia trauma dengan jarum suntik dan sejenisnya. Karena luka yang dia dapat dari jatuh di taman Cleopatra berupa luka yang terkopek, kulit sudah hilang, sehingga tinggal daging, oh dear...aku merinding tiap kali mengingat luka dan proses pembersihan luka dan jahitan. So painful pastinya, dan aku hatiku hancur melihat anakku kesakitan.
Apalagi malam itu dia masih ditambah lagi dengan suntikan anti tetanus, oh dearrr....sampai-sampai sambil menangis Jo bilang, "Mama, ini semua karena kesalahan ade Jo makanya ade Jo dijahit dan disuntik terus. Maafin ade Jo ya Ma..." Oh dear..hatiku rontok denger dia berkata seperti itu. Selalu dimaafkan sayangku....*hugs* Anakku sayang, Jonathan Christopher, berjanjilah pada Mama bahwa ini akan merupakan luka dan jahitan serius yang terakhir dalam hidupmu ya Nak. Nurut sama nasehat Papa dan Mama, juga terutama kepada Tuhan Yesus ya sayang. Mama mencintaimu selalu!
Hari dimana aku pulang kantor sama Jeff masih nyante-nyante di jalan dapet telpon dari Ruth kalau Jonathan kepalanya berdarah karena jatuh. Aku bilang, iya nggak papa...olesin aja pake minyak ambon ya sayang...Ruth bilang sudah diolesin Ma...
Sampai rumah sekitar jam 7 malam dan lampu teras mati. Ehm...ada apa ini? Aku masuk kedalam rumah dan melihat Ruth yang wajahnya sedikit pucat. Setelah memeluk dan mencium aku tanya adek Jo ada dimana? Mbak Fitri? (Fitri adalah pembantu baru kamu, adiknya mbak Isah yang sebelumnya sudah 4 tahun ikut kami). Ruth bilang, mbak Fitri diatas nemenin adek Jo. Aku segera lari ke atas, dan aku melihat Fitri yang berwajah pucat sedang duduk di sisi pinggir tempat tidur menemani Jonathan yang tiduran lemas. Jidat Jo ditempel kapas yang sebelumnya dicelum ke minyak ambon, minyak obat. Badan Jonathan agak hangat, aku buka kapasnya dan seketika badanku lemas. Aku lihat luka kopekan di jidat yang dalam dan terlihat sangat empuk. Yesusku, apa yang terjadi dengan anakku??? Aku panggil papanya dan Jeff keatas untuk memeriksa. Jeff bilang, "Nggak papa...anak laki...mau dibawa ke RS? besok saja lah...he will be ok!". Namun insting keibuanku mengatakan bahwa malam ini juga aku harus bawa Jonathan ke RS. Dengan kondisi Jeff yang sedang kurang sehat dan Ruth besok masih ada ulangan, akhirnya aku putuskan untuk menelpon sopir kami, Adon, untuk balik ke rumah dan mengantarkan aku dan Jo ke RS terdekat. Aku memilih RS. Thamrin Cileungsi yang lebih mudah dan cepat diakses dari rumah, tanpa macet, hanya 7 menit.
Sampai di RS, kami langsung ke UGD. Jo langsung ditangani, dibersihkan lukanya dan melihat cara si Mas Perawat membersihkan luka Jonathan, hatiku perih tertusuk-tusuk. Walaupun sudah disuntik anestasi, Jo masih teriak-teriak kesakitan. Aku terus memeluk tubuh mungilnya menuntun dia untuk mengucapkan Doa Bapa Kami dan memanggil nama Tuhan kami Yesus supaya dia tenang. Usai dibersihkan, kami masih menunggu untuk rontgen kepala. Rontgent dapat berjalan dengan lancar. Setelah itu baru kami menanti giliran ditangani untuk jahitan di jidat Jo. Kami harus mengalah untuk ditangani karena pada saat yang bersamaan masuk ke UGD pasien korban kecelakaan. Sekeluarga terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki naik sepeda motor, ditabrak lari oleh mobil pick up. Sang ayah langsung meninggal di tempat, Ibu dan anak dalam kondisi kritis. Mendengar si ibu yang mengerang kesakitan, aku terus memeluk erat Jonathan karena dia juga jadi takut.
Akhirnya sampai juga giliran Jonathan untuk ditangani jahitannya. Proses jahitan di jidat Jonathan berjalan dengan alot, aku kesal denga Mas Perawat yang sempat memaksakan jarum yang kurang tajam untuk menjahit luka Jonathan. Alhasil Jonathan teriak histeris kesakitan dan keluar amarahku membentak si Mas Perawat! Akhirnya ganti jarum dan tambahan anestasi lagi. Total ada 3 kali suntikan anestasi yang diberikan, dan 3 jahitan di kening Jonathan.
Owalah adek sayang...ini jahitan di kepala yang ke-2. Setelah sebelumnya kira-kira 3 tahun yang lalu, Jonathan dilempar batu oleh Nasjtami, anak tetangga depan rumah hingga kepala kirinya luka, bocor ngocorrrr....menghasilkan 4 jahitan.
Proses jahitan di jidat pasti sangat menyakitkan bagi Jonathan hingga dia trauma dengan jarum suntik dan sejenisnya. Karena luka yang dia dapat dari jatuh di taman Cleopatra berupa luka yang terkopek, kulit sudah hilang, sehingga tinggal daging, oh dear...aku merinding tiap kali mengingat luka dan proses pembersihan luka dan jahitan. So painful pastinya, dan aku hatiku hancur melihat anakku kesakitan.
Apalagi malam itu dia masih ditambah lagi dengan suntikan anti tetanus, oh dearrr....sampai-sampai sambil menangis Jo bilang, "Mama, ini semua karena kesalahan ade Jo makanya ade Jo dijahit dan disuntik terus. Maafin ade Jo ya Ma..." Oh dear..hatiku rontok denger dia berkata seperti itu. Selalu dimaafkan sayangku....*hugs* Anakku sayang, Jonathan Christopher, berjanjilah pada Mama bahwa ini akan merupakan luka dan jahitan serius yang terakhir dalam hidupmu ya Nak. Nurut sama nasehat Papa dan Mama, juga terutama kepada Tuhan Yesus ya sayang. Mama mencintaimu selalu!
Our 10th Anniversary on 8 September 2011
This year is our 10th Anniversary! Kalau anak sekolah, baru kelas 4 or 5 SD hehehe...masih bau kencur banget. Jadian pacaran sama Jeff tanggal 14 Juni 1997, pas di hari ulang tahun Wisnu, makanya ingetttt banget hehehehe...dan 4 tahun sesudahnya kami berdua mengikat janji pernikahan di hadapan Tuhan dan jemaatnya di GKMI Salatiga pada hari Sabtu, 8 September 2001. Waktu itu kondisi gereja masih renovasi, seadanya banget...tapi justru pemberkatan pernikahan kami di gereja itulah yang paling berkesan.
Pemberkatan pernikahan kami dilayani oleh Pdt. Em. Limuel Prayogiwanto, dan kothbah pernikahan disampaikan oleh Pdm. Daniel Listijabudi (saat itu masih Pdm, sekarang sudah pendeta penuh :-) Acara pemberkatan sempet molor 30 menit gara-gara yang di rumah pada terlalu santai dan cuek dan tiba-tiba saja wedeeewww....hahahahaha......untunglah di Salatiga, cuman 10 menit gerejanya dari rumah dan semua berjalan dengan lancar. Dari gereja, perjalanan kami dilanjutkan ke Balairung UKSW untuk resepsi pernikahan. Dandananku dirubah, jidat dipaesin, Jeff ganti kostum dari jas menjadi beskab Solo. Dan kostum ku pun juga berubah menjadi kostum pengantin Solo Putri. Juru paesnya Ibu Yayuk, juru paes penganten seluruh keluarga.
Acara resepsi berjalan lancar, jujur aku nggak begitu menikmati karena 90% tamu yang datang aku nggak kenal. Cuman aku berterima kasih kepada Bapak dan Mama karena ruang resepsinya bagus, dan makanannya juga bagus. Lancar dan buat orang Jawa yang mantu pertama kali, terbilang sukses. Puji Tuhan!
Acara honeymoon ku dan Jeff kami adakan di Magelang. Dari Salatiga kami naik bis via Kopeng ke Magelang, dan kami berdua menginap 3 hari 2 malam di Hotel Puri Asri, Kyai Langgeng, Magelang. Duhh...rada geregetan sama suami baru secara nggak pake booking duluan, yang ada dapetnya kamar dengan twin bedroom. Opo seehh...nganten anyar kok kasure terpisah, wkwkwkwkwk.....yah begitulah klo blum pengalaman huehehehehe...
Aaaahhh....tak terasa 10 tahun sudah kami berdua mengarungi bahtera pernikahan. Banyak cerita dan suka duka yang sudah kami lalui bersama, bahkan badai dan topan pernikahan. Namun kami sungguh bersyukur, sampai dengan hari ini kami masih terus bertahan dan saling mencintai, mengasihi dan menghormati satu sama lain, itu semua karena kasih Yesus semata, sebagai Tuhan, Juru Selamat dan Pemimpin dalam pernikahan dan rumah tangga kami. Amen!
Dapet apa di Anniversary ke 10? Dapet cinta dan ciuman aja nih hahahahaha....ni foto bunga yang dipajang adalah kiriman tahun lalu saat 9th Anniversary, tahun ini lum dapet lagi wkwkwkwk.....Tahun lalu juga kami merayakan Anniversary kami ke 9 di revolving restaurant, yang sekarang sadly sudah tutup, nggak tau kenapa. Restaurantnya terletak di Menara Imperium, Kuningan. Yup, The Kampus Restaurant, very romantic moment and many things goin on while we had dinner, hiks hiks..hehehe....Tahun ke 10, we celebrated our Anniversary dengan dinner berdua di Marche, Plaza Senayan. Lovely moment, as we both can talk alot about our marriage life.
Thank you Jeffry, for being a lover, best friend, husband, and father in my life and our kiddos. Hand in hand we walk together and enjoy every moment in life with Jesus. And as you said on our anniversary day, "Yes, this is our 10th year of togetherness in God, but for sure we will have many more!". Amen!!!
Love you always!
Daripada Bergosip Lebih Baik Menulis
Ya, sering hal tersebut terlintas di pikiranku dan menjadikanku kadang sibuk sendiri dan mungkin saja, nggak peduli dengan sekitar. Bener begitukah? Silahkan anda sendiri yang menilainya hehehehe...
Di kantor yang baru ini aku masih suka kesepian, apalagi since Mbak Ivy naik ke lt. 10 kalau pengen ngobrol dengan teman yang lain masih harus hati-hati bicara karena nggak pengen salah omong or komen, makanya saat my boss ada trip ke LN selama 1 minggu penuh disusul dengan minggu depan training full selama 3 hari, deuuhh sempet mikir sendiri, "gue mo ngapain yaaa??" Puji Tuhan disini bisa update blog dan nemu blog ku ini lagi. Jadi semua yang diam ini bisa dituangkan sendiri, nggak ngebetein hihihihi....Dan semoga juga, gerak gerikku tidak diamati IT dan lama-lama blog ku gak bisa diakses, seperti yang aku alami di kantor lama, hahahaha....berharap yang baik-baik sajaahh...
Banyak hal-hal yang terjadi dalam kehidupan setiap hari yang worth untuk ditulis. Kadang on the way ke kantor aku duduk di kursi belakang mobil sambil bengong dan pikiran kemana-mana. Yah kadang hidupku memang kebanyakan ide! hihihihi....dan klo nggak dituangkan seperti ini, rasanya makin penuh dan bisa sewaktu-waktu njeblug! Menulis membuat hidupku lebih berwarna dan sepertinya peredam emosi juga. Kalau lagi marah dan aku mulai ngetik or menulis diatas kertas semua yang aku rasakan, aku akan merasa lebih baik sesudahnya. Sehingga kemarahan yang ada nggak keluar dalam bentuk negatif dan bikin sakit diri sendiri orang lain. Marahnya di blog ajah hehehehe...
Deuhh...konsentrasi menulisku jadi buyar gara-gara ada test alarm kebakaran gedung deh...tapi bagus juga sih, klo ada pemeriksaan berkala seperti ini. Jadi tau apakah semua fungsi alarm keamanan gedung masih berfungsi dengan baik. Iya deh...cut dulu aja nulisnya ya...jadi buyar gara-gara denger alarm berisik :-))
Di kantor yang baru ini aku masih suka kesepian, apalagi since Mbak Ivy naik ke lt. 10 kalau pengen ngobrol dengan teman yang lain masih harus hati-hati bicara karena nggak pengen salah omong or komen, makanya saat my boss ada trip ke LN selama 1 minggu penuh disusul dengan minggu depan training full selama 3 hari, deuuhh sempet mikir sendiri, "gue mo ngapain yaaa??" Puji Tuhan disini bisa update blog dan nemu blog ku ini lagi. Jadi semua yang diam ini bisa dituangkan sendiri, nggak ngebetein hihihihi....Dan semoga juga, gerak gerikku tidak diamati IT dan lama-lama blog ku gak bisa diakses, seperti yang aku alami di kantor lama, hahahaha....berharap yang baik-baik sajaahh...
Banyak hal-hal yang terjadi dalam kehidupan setiap hari yang worth untuk ditulis. Kadang on the way ke kantor aku duduk di kursi belakang mobil sambil bengong dan pikiran kemana-mana. Yah kadang hidupku memang kebanyakan ide! hihihihi....dan klo nggak dituangkan seperti ini, rasanya makin penuh dan bisa sewaktu-waktu njeblug! Menulis membuat hidupku lebih berwarna dan sepertinya peredam emosi juga. Kalau lagi marah dan aku mulai ngetik or menulis diatas kertas semua yang aku rasakan, aku akan merasa lebih baik sesudahnya. Sehingga kemarahan yang ada nggak keluar dalam bentuk negatif dan bikin sakit diri sendiri orang lain. Marahnya di blog ajah hehehehe...
Deuhh...konsentrasi menulisku jadi buyar gara-gara ada test alarm kebakaran gedung deh...tapi bagus juga sih, klo ada pemeriksaan berkala seperti ini. Jadi tau apakah semua fungsi alarm keamanan gedung masih berfungsi dengan baik. Iya deh...cut dulu aja nulisnya ya...jadi buyar gara-gara denger alarm berisik :-))
New Path In My Life
Yes, starting on 17 October 2011, God has sent me to the new path in my working life! Pada hari Senin, 17 October 2011, aku resmi bergabung dengan PT. Darya Varia Laboratoria Tbk, sebuah perusahaan pharmaceutical yang berkantor di Talavera Building lt. 8 - 10, di Jl. TB. Simatupang, Jakarta Selatan.
Saat aku mendapatkan kesempatan untuk mengikuti interview, hati kecilku bersorak gembira. Oh dear Father in Heaven, pleasee....if it is according to your will, let it be! Yup, it's been 5 years, aku berdoa sungguh dan selau berharap bahwa aku bisa pindah kerja ke lokasi daerah TB. Simatupang. Alasannya adalah bukan karena aku tidak suka dengan DHL, aku tidak suka traffic nya! Setiap hari, selama kurang lebih dari 4 jam aku habiskan waktuku di jalanan untuk berangkat dan pulang kantor dari Cibubur ke Pancoran. Banyak waktu terbuang sia-sia di jalan, dan waktuku bersama anak-anak juga semakin sempit.
Dengan bekerja di tempat yang baru ini, maksimal 2 jam aku menghabiskan waktu tempuh perjalan berangkat dan pulang kantor, separo dari waktu tempuh bila aku bekerja di DHL. Sebagai working mother, siapa yang nggak pengen?? Puji Tuhan, memang sesuai dengan kehendak-Nya yang luar biasa dalam hidupku. Aku diterima dan sampai dengan hari ini aku masih menikmati berkat yang luar biasa ini.
Kalau ditanya enak atau tidaknya bekerja di kantor yang baru? Aku akan menjawab enak! Karena semua berkat yang Tuhan berikan itu memang enak adanya hehehehe....temen di kantor enak tidak? Aku akan menjawab, depends. Yup, depends bagaimana anda menyikapi setiap perbedaan pandangan dan culture yang ada, dan kemudian membawa diri anda masuk kedalam setiap perubahan itu. So far adjustment masih berjalan dengan baik. Adjustment juga mengajarkan aku untuk menahan mulut dari semua pemikiran yang muncul dari setiap yang aku lihat. Lebih baik bersikap diam dan observasi saja karena serigala ada dimana-mana hihihihihi....
Aku bersyukur bertemu dengan sekretaris lama yang sangat helpful. Yup, Mbak Ivy Dulam, sosok yang luar biasa. Sangat details, knowing her job very well. Bersyukur dapat waktu 3 minggu untuk hand over. Mbak Ivy sekarang sudah naik ke lt. 10 untuk memulai tugasnya yang baru sebagai General Service Manager. All the best ya mbak, and thanks a lot for all your guindance and knowledge!
Foto bersama Mbak Ivy dan Nia (sekretaris IT) saat acara Employee Day di halaman Medifarma, Pulo Gadung. Baru masuk sehari udah main-main nggak kerja seharian karena mengikuti Employee Day. Seumur-umur kerja baru kali ini seperti ini hehehehe....Puji Tuhan, I enjoyed it very much!
Hi there!
Sudah lama sekali aku berusaha mencari-cari blog ku satu ini. Dan baru sekarang menemukan setelah tanpa sengaja aku klik website blogspot.com dimana saat yang bersamaan aku sedang membuka gmail account ku. Astaga....akhirnya kau kutemukan kembali!!! lebay.com...hehehehehe...
Ya, keinginanku untuk menulis selalu besar. Apalagi setelah tanpa sengaja aku "menemukan" kembali Shirley Showalter. Seorang wanita yang luar biasa yang pernah aku temui 13 tahun yang lalu, tepatnya saat aku di assigned untuk bekerja di Administration Office, Goshen College, Indiana. Shirley saat itu menjabat sebagai President of Goshen COllege. Klo di Indonesia rektor. Aku kagum dengan sosok Shirley Showalter yang tenang, bijaksana dan smart. Dan kekagumanku semakin bertambah setelah membaca semua tulisannya di 100 memoirs dan blog dedikasinya untuk her first grandson, Owen William.
Sungguh sesuatu hal yang luar biasa! And it was a huge priviledge for me as well as I can get connected to her again, writing emails to each other. Yes, I have a dream to write a memoir as well in the future. Right now, I just want to dedicate my time for my lovely family. Jeffry, Ruth and Jonathan are precious gifts in life that have been sent from Heaven. As Shirley said, one day...I would be able to fulfill my dream becoming a writer.
Aku selalu berkata kepada diriku sendiri: "Never give up on my dreams!" I will always keep my dreams alive. Aku sudah belajar banyak sekali dari orang-orang yang Tuhan sudah kirimkan dalam kehidupanku. Aku bertemu dengan orang-orang yang luar biasa. Mereka tau bahwa kehidupan akan terus berjalan dengan baik selama Tuhan Yesus selalu memegang tangan kita. Aku tahu 10 tahun mendatang, aku akan memandang anak-anakku tumbuh dengan baik, bersekolah di tempat yang baik dan sesuai dengan kemampuan dan minat mereka. Dan aku bersama Jeff, berdua menikmati hidup kami dengan cara kami sendiri-sendiri. Jeff dengan passion mengajarnya yang luar biasa, dan aku dengan kegiatanku menulis. How lovely!
Karena aku sudah menemukan blog ini kembali, mari mulai menulis kembali supaya blog ini nanti akan menjadi kenang-kenangan yang indah untuk anak-anak kelak.
Ya, keinginanku untuk menulis selalu besar. Apalagi setelah tanpa sengaja aku "menemukan" kembali Shirley Showalter. Seorang wanita yang luar biasa yang pernah aku temui 13 tahun yang lalu, tepatnya saat aku di assigned untuk bekerja di Administration Office, Goshen College, Indiana. Shirley saat itu menjabat sebagai President of Goshen COllege. Klo di Indonesia rektor. Aku kagum dengan sosok Shirley Showalter yang tenang, bijaksana dan smart. Dan kekagumanku semakin bertambah setelah membaca semua tulisannya di 100 memoirs dan blog dedikasinya untuk her first grandson, Owen William.
Sungguh sesuatu hal yang luar biasa! And it was a huge priviledge for me as well as I can get connected to her again, writing emails to each other. Yes, I have a dream to write a memoir as well in the future. Right now, I just want to dedicate my time for my lovely family. Jeffry, Ruth and Jonathan are precious gifts in life that have been sent from Heaven. As Shirley said, one day...I would be able to fulfill my dream becoming a writer.
Aku selalu berkata kepada diriku sendiri: "Never give up on my dreams!" I will always keep my dreams alive. Aku sudah belajar banyak sekali dari orang-orang yang Tuhan sudah kirimkan dalam kehidupanku. Aku bertemu dengan orang-orang yang luar biasa. Mereka tau bahwa kehidupan akan terus berjalan dengan baik selama Tuhan Yesus selalu memegang tangan kita. Aku tahu 10 tahun mendatang, aku akan memandang anak-anakku tumbuh dengan baik, bersekolah di tempat yang baik dan sesuai dengan kemampuan dan minat mereka. Dan aku bersama Jeff, berdua menikmati hidup kami dengan cara kami sendiri-sendiri. Jeff dengan passion mengajarnya yang luar biasa, dan aku dengan kegiatanku menulis. How lovely!
Karena aku sudah menemukan blog ini kembali, mari mulai menulis kembali supaya blog ini nanti akan menjadi kenang-kenangan yang indah untuk anak-anak kelak.
Subscribe to:
Posts (Atom)