Thursday, November 17, 2011

Girl Friendship


Kebutuhanku akan girl friendship dari kecil sudah cukup tinggi karena aku selalu merasa sendiri di rumah. Aku nggak punya saudara perempuan. Aku anak perempuan satu-satunya dari 3 bersaudara. Jarak yang terlalu dekat antara aku dan Mas Seno membuat aku sering merasa seperti tidak punya kakak, karena kami berdua lebih mirip seperti "musuh" saingan, ribut melulu...baiknya baru belakangan ini setelah sama-sama sudah berumur hahahahaha....*peace ya Mas!* Aku lebih dekat ke Wisnu, adikku, karena kami selisih 3 tahun jadi ada perasaan bangga pada diriku sendiri dengan posisi sebagai kakak. Apalagi Wisnu adalah adik yang sangat baik, terbaik yang aku miliki, sampai detik ini! Kalau mau buka-bukaan jujur, aku dan Mas Seno pun mengakui bahwa diantara kami ber-3 Wisnu adalah anak yang paling toobbb!! (pake B saking manteebbb nya hihihihi....).

Anyway, sekarang back to girl friendship...bahasan mengenai sibblings mungkin akan dituangkan di tulisan yang lain. Aku merasa nyaman mempunya sahabat cewek yang dekat, bahkan sampai bisa dibilang posesif. Kalau melihat mereka dekat dengan teman yang lain, jujur ada rasa cemburu dan left behind. Aku gak pernah mau diduakan, aku mau teman dekat cewekku hanya ada untukku setiap saat dan setiap waktu. Egoisme masa muda yang sungguh amat sangat keterlaluan!, siapa aku? hehehehe....sekarang klo inget hal itu tepok jidat sendiri, alamak...buruk kali diri ini!

Perasaan sakit hati karena melihat sahabat wanitaku main atau dekat dengan teman wanita yang lain membuat aku menjadi sosok yang diam-diam suka menulis. Ya, masa mudaku akan aku habiskan untuk menulis diary berlembar-lembar secara lebay, itu semua curahan gejolak anak ABG belasan tahun. Flash back ke belakang membuatku tersenyum malu sendiri tapi kemudian bersyukur bahwa semua yang aku alami dimasa lalu itulah yang membentuk aku hingga hari ini.

Ada beberapa nama yang dekat denganku sejak aku kecil tinggal di Karang Alit, Salatiga. Aku lebih mengingat masa kecilku di Salatiga dengan baik daripada saat tinggal di Kalioso. Mungkin karena aku masih TK dan terlalu kecil saat itu. Tapi memoir Kalioso tetap perlu dan penting diingat, bahkan suatu saat aku pun ingin menuliskannya.

Sebutlah Rini, Dyah, Dewi Kartika Sari, Ciciek, Okta dan Nana. Mereka adalah nama-nama teman mainku dari kecil di Karang Alit. Yang paling sering aku ajak curhatan sampai aku kerja adalah Nana. Nana sudah aku anggap seperti adik sendiri. Kami sudah jarang bertemu tetapi hubungan secara rutin via FB dan sms terus berjalan. Dengan Rini, kami connected lagi secara baik justru setelah kami berdua sama-sama bekerja, menikah dan punya anak. Dengan Dyah, juga kami tetap berhubungan baik dan rutin sampai dengan hari ini. Hanya dengan Dewi Kartika Sari, Cicik dan Okta yang serasa semakin kabur. Walaupun dengan Okta mungkin akan lebih mudah dijalin kembali karena Okta saat ini masih tinggal di Karang Alit, Salatiga.

Saat SD, aku punya teman cewek yang akrab, Andri, Arminah dan Titik. Ketiganya raib bagaikan ditelan bumi. Aku masih bertemu Arminah sekali saat aku belum menikah dan liburan ke Salatiga. Saat itu Arminah sudah menikah dan punya 2 orang anak. Andri, menurut Bapak, sudah menikah dan punya anak juga. Bapak pernah bertemu Andri saat dia sedang menjemput anaknya pulang dari sekolah. Andri masih tinggal di Salatiga. Dengan Titik, entahlah aku tidak tau dimana dia sekarang. Kadang aku kangen dengan Titik. Usai lulus SD, kami berpisah SMP. Aku di SMPN 1 dan Titik di SMPN3. Dia hanya bersekolah di SMPN 3 selama setahun karena kemudian pindah ke Tegal berkenaan dengan ayahnya yang anggota TNI dipindah tugaskan ke Tegal. Aku dan Titik masih sering berkirim surat, namun setelah kami lulus SMP, surat-surat itupun terputus sampai dengan hari ini.

Saat SMP dan SMA, mostly teman yang aku temui di sekolah berlanjtu. Bahkan bbeberapa sampai ke bangku kuliah. Hubungan yang pernah ada itu terus kami bbina, bahkan aku pun terus belajar untuk menerima bahwa people are changing dan aku harus siap dengan segala perubahan dari sebuah kepribadian yang dulunya aku merasa sudah sangat dekat dan mengenalnya. Sometimes it hurts me a lot, but slowly I learn to cope with that. Sebutlah beberapa nama yang ada di hati: Nuniek, Ciciel, Weny, Tris, Karina, Mia, Yunisha, Ervin, Lili, Santi, No'e, Dian, dan masih banyak lagi yang lain.

Aku bersyukur, beberapa teman wanita terbaikku dari masa kecil, sekolah, kuliah, masih ada di sisiku sampai dengan hari ini. Saat kehidupan ini berada dibawah, mereka selalu ada untuk mengangkatku dengan kata-katanya yang menguatkan, telinganya yang siap mendengarkan, empatinya, dan juga waktu yang berikan untuk tersenyum dan menjawab bbm, sms dan telpon.

Tulisan ini aku dedikasikan untuk sahabat-sahabat wanitaku yang luar biasa, dan aku ingin menutup tulisan ini dengan sebuah quote indah yang aku temukan dari hasil googling:

"Friendship among girls evolves over a long stretch of time. But once friends, they stick to each other through thick and thin. It helps to have a shoulder to cry on when the first crush or love is lost, it also helps to unburden oneself with the "girlie" talk."

No comments:

Post a Comment