Mumpung lagi semangat nulis aku lanjutkan menulis di online diary ini kisah Year End Holiday yang lalu. Jaraknya lumayan yaa...butuh sebulan dari Memoar Year End Holiday yang pertama di tanggal 3 January yang lalu ke tulisan ke dua, hihihihi...maklum yang nulis suka letoy mood nya hahahahaha....
Aku mengenal keluarga Pak Abang Rahino semenjak masih gadis dan bergereja di GKMI Rawamangun yang sekarang sudah berubah nama menjadi GKMI Pengharapan. Pak Abang saat itu masih menjadi staff MCC (Mennonite Central Committee) dan tinggal di Bekasi. Pak Abang dan Ibu Narti, istrinya yang cantik dan lemah lembut, mempunya 4 orang anak yaitu Mika, Wijil, Lita, dan Rangga. Pak Abang dan Ibu tergabung dalam paduan suara GKMI Rawamangun dimana pada saat itu aku juga ikut. Saat aku berpacaran dengan Jeffry yang dimana Jeffry pun akhirnya menjadi jemaat GKMI Pengharapan, Jeffry pun merasa cocok berteman dengan Pak Abang dan keluarga. Memang keluarga satu ini sungguh luar biasa. Bisa menjadi teman dan sahabat kami yang baik, dalam suka maupun duka, terbuka apa adanya, penuh kasih persahabatan yang tulus.
Sekitar tahun 2000, kantor MCC pindah ke Salatiga, dan itu berarti Pak Abang Rahino, juga Lilik Setyanto, staff lokal MCC ikut boyongan semua ke Salatiga. Kami cukup sedih waktu harus berpisah dengan sahabat-sahabat terbaik kami, tapi kami percaya Tuhan akan mempertemukan kami kembali. Dan memang kami sungguh berbahagia saat kami menikah di Salatiga, Pak Abang dan Lilik bisa turut hadir dan berbagi sukacita dalam pemberkatan pernikahan di GKMI Salatiga dan juga resepsi pernikahan kami di Balairung UKSW. Aku dan Jeff senang main ke rumah Pak Abang di Warak, Salatiga. Rumah dari gedheg yang unik, rasanya adeemm....omah ndeso, kata Pak Abang hehehehe...sayang beberapa tahun kemudian Pak Abang memutuskan berhenti dari MCC Indonesia dan selanjutnya pindah ke Bantul, Jogjakarta.
Selama Pak Abang dan keluarga pindah ke Bantul, kami belum pernah mampir dan main ke rumah mereka. Jadi Year End holiday kemarin, kebetulan sekali kami berada di Jogja, benar-benar kami sempatkan untuk mampir dan bertemu keluarga Pak Abang.
Waaahhh senangnyaaa setelah sekian lama akhirnya bisa bertemu dan berkumpul bersama keluarga Pak Abang dan Ibu Narti. Anak-anak mereka sudah besar. Aku kaget melihat Wijil yang sudah makin dewasa dan menggandeng calon istri yang cantik, Ruth, seorang guru SD yang friendly and lovely...namanya sama ya sama anakku, sama-sama cantik hahahahaha....trus ketemu Lita yang sudah menjelma jadi gadis manis langsing semampai, she is wonderfully smart!! Satu lagi yang paling bikin aku bengon, dek Rangga! Aarrrgghhh dulu aku ketemu Rangga masih SD sekarang sudah tinggi, kelas 3 SMP, kalem...ganteng hehehehe....sayang sekali nggak ketemu sama Mika, sulungnya Pak Abang dan Bu Narti.
Di rumah Pak Abang kami disuguhi makanan ndeso, putu ayu dan kue bongko mutiara kesukaanku, uhuuuyyy!! Obrolan seru ngalor ngidul dari A - Z di ruang tamu Pak Abang yang nyaman...rumah nuansa kampung dengan lantai semen yang dingin...aaahhhh homey sekali rumahnya. Ruth dan Jo main seru bersama Wijil, Ruth besar dan Rangga. Tak lama Lita nongol dan bergabung, ketemu Jeffry langsung gabruk cocok ngobrol berlama-lama mengenai software economy, hahahahaha..cucok sekali...klo didiemin berdua bisa ngganyik ngobrol asyik sampai subuh hihihihihi....suasana kekeluargaan yang sungguh membuat hati adem, ayem, tentrem...
Kika : Lita, Ruth kecil, Ruth besar :-)
Usai session foto-fotoan di depan rumah Pak Abang yang masih kental suasana pedesaan, Ruth dan Jo seneng banget kasih makan kambing bersama Lita dan Rangga. Owalaahh kasian anak-anakku jarang ngliat kambing wkwkwkwkwk...ketemu kambing di kandang dan bisa kasih makan kambing aja senengnya minta ampun...belum lagi menthog berkeliaran hahahaha...asyik banget deh suasananya.
Sekitar jam 3 sore kami pamit kepada keluarga Pak Abang dan Bu Narti. Karena Pak Abang dan Bu Narti sendiri masih harus mempersiapkan diri untuk pelayanan di POs PI GKMI Jogja. Dan kami sendiri akan meneruskan perjalanan kami ke Salatiga bertemu Akung dan Uti.
Terima kasih Tuhan Yesus, untuk persahabatan yang indah. Maturnuwun Pak Abang, Bu Narti, Wijil, Ruth, Lita, dan Rangga untuk beatiful friendship and afternoon fellowship we had. Mudah-mudahan akhir tahun ini saat kami ingin kembali pulang nengok kampung halaman di Salatiga, bisa mampir lagi ke Bantul.
Tuhan Yesus memberkati! :-)
He2....reuni yang membawa sukacita...selamat mbak...emang keluarga pak Abang unik dan nyaman ngobrol sama mereka...
ReplyDeleteHai...hai...iya betul sekali...salam kenal ya. Terima kasih sudah mampir ke blog Emaknya Ruth dan Jonathan :-)
DeleteHalo mbak Dewi, sori baru sempat baca dan respon artikel Anda. Trims naskahnya.
ReplyDeleteHampir dua bln terakhir ini saya tenggelam dalam pekerjaan di sebuah lembaga riset pariwisata di Yogyakarta. Dan kebetulan baru saja selesai perjalanan panjang riset tenun dari Sumsel sampai NTT. Waah...cantik sekali. Kebetulan saya bertugas khusus sbg film maker untuk menyertai tenun dalam proses pendaftaran tenun Indonesia ke Unesco sebagai warisan budaya dunia milik Indonesia. Puji Tuhan, film dokumenter saya mendapat apresiasi positif dari ibu Wamendikbud dan saat ini on its way to Menko Kesra dan Unesco dgn target pd thn 2013 sudah terdaftar dan diakui sbg milik Indonesia mengikuti keris, batik, tari Saman dan noken dari Papua yang sudah terlebih dahulu diakui Unesco.
Anyway, trims dan salam untuk mas Jeffry, Jo dan Ruth, GBU all ya!
Pak Abang, sama-sama yaaa.....aiihhh lha kok seneng men jalan-jalan sampai ke Sumsel dan NTT melakukan riset tenun. Wah pasti pengalaman yang luar biasa ya...I envy you deh, Pak! Udah sampai ke berbagai pelosok bagian tanah air yang cantik ini.
DeleteSalam kasih juga untuk Bu Narti, Mika, Wijil, Ruth, Lita dan Rangga ya...GBU too! :-)
salam buat Masmiko mana...? -_-
Deletewkwkwk
Mas Imam, halooo apa kabar Anda? Akhir ngajar di mana? President School di Jababeka-kah? Nice to see you...
ReplyDeleteOh namanya Mas Imam tho...hehehehehe.....
Delete